Suara sirine dan keributan warga membuat suasana menjadi ramai. Para warga desa setempat panic karena patung kesayangannya hilang, begitu juga dengan bangsa
Setelah mengolah TKP polisi mengatakan bahwa patung tersebut dicuri oleh pencuri kelas Kakap karena tak ditemukan satupun barang bukti maupun sidik jari. Kemudian salah satu polisi mengintrogasi warga,
“Siapa yang datang terkhirkali di tempat ini?”suara tegas polisi yang menanyakan salah satu penduduk.
“Parjo, Paijo dan Persi, karena saat itu tepatnya jam sebelas malam saya sedang keluar rumah untuk kencing dibawah pohon dekat kuil dan melihat tiga anak tersebut.”jawab warga dengan sedikit gugup.
Kemudian Polisi Bertopi mendatangi Parjo, Paijo dan Persi yang sedang berdiri didepan kuil.
“Apa benar kalian yang terakhir kesini!”
“Tidak pak…!”Parjo membela diri.
“Lantas siapa yang datang setelah kalian!”Tanya Polisi bertopi sambil menepuk pundak Parjo.
“Pak Kepala Desa!”jawab Parjo terbata-bata karena gugup.
Setelah mendengar perkataan tersebut Pak Kades langsung mendatangi Parjo.
“Beraninya kamu menuduh saya!”Pak Kades marah.
“Memang benar kok, saat akan pulang kami berpapasan dengan Pak Kades bersama dua orang putih tinggi besar menuju kuil.”Parjo penuh percaya diri mengatakan tersebut.
“Anak kecil saja sudah berani memfitnah.”Bantah Pak Kades sambil menunjuk muka Parjo.
Keributan Parjo dengan Pak Kades memanas, kemudian Polisi tadi menanyakan kepada Pak Kades.
“Pak Kades tolong jelaskan alibi anda pada jam sebelas malam?Polisi menanyakan pada Pak Kades.
“Saat itu saya sedang senam malam sama istri saya, mulai dari jam delapan malam sampai jam tiga pagi dan saya sudah seminggu tak mendatangi kuil..”pak Kades berkata sambil menunjukan bukti cipokan disekujur tubuhnya yang masih segar.
Kemudian Polisi tersebut membalikan badan menghadap Parjo.
“Parjo, apakah kamu punya bukti perkataan kamu tadi?”
“Bukti tak ada pak tapi saksinya ada.”sambil menunjuk Persi dan Paijo.
“Maaf Parjo,,,, Paijo dan Persi tidak bisa dijadikan saksi karena mereka berdua adalah tersangka.”sambil menepuk pundak Parjo,”Kalau begitu saya beri waktu
“Baik pak saya akan mencari buktinya.”Parjo bergegas mencari bukti bersama Paijo dan Persi.
~~
Mereka bertiga mulai mencari dari tempat dimana mereka kamarin berpapasan dengan Pak Kades. Mereka berharap ada jejak kaki pak kades.
“Sial,,,!”Parjo kecewa.
“Seharusnya disini ada jejak kaki pak Kades tapi kenapa jejak kakinya Kecil-kecil”Parjo heran kemudian membungkuk untuk melihat lebih jelas.”Aku tau….ini jejak kaki kambing,!”
“Pasti ada orang yang telah menggembalakan kambingnya di sini!”kata Persi.
“Hanya orang gila saja yang menggembalakan kambingnya didsini.”kata Pijo.
“Betul, bikin susah saja,….”tambah Parjo.
“Berarti bapak kalian yang bikin susah dan gila.”kata Persi.
“Kenapa?”tanya Parjo dan Paijo.
“Karena di kampong ini hanya bapak kalian saja yang mempunya kambing.”
Karena hanya ada jejak kaki kambing maka mereka mencari bukti yang lain disekitar situ.
“Coba kesini,,,,aku menemukan bukti yang tepat!”teriak Paijo gembira.
“Apa…?”Parjo dan Persi mendekat.
“Kalian tahukan kalau Pak Kades punya Tai lalat yang besar di jidatnya.”Paijo menunjuk buletan hitam di tanah,”Ini pasti tai lalat pak Kades, karena hanya dia yang mempunyai tai lalat sebesar ini.”
Mereka bertiga menunduk untuk melihat lebih jelas.
“Ihhh…!”Persi jijik,”Ini bukan tai lalat tapi tai kambing!”
“Benarkah…!”Parjo kurang percaya, kemudian Parjo menyentuh bulatan hitam tersebut dengan tangannya,”Benar, lembek seperti tai kambing!.”
“Baunya juga seperti tai kambing!”kata Paijo setelah mencium tangan Parjo.
“Sekarang kita cari bukti di kuil!”teriak Parjo sambil lari yang kemudian di susul Paijo dan Persi.
Setelah sampai di kuil mereka langsung berpencar untuk mencari bukti.
“Apakah sudah ada yang menemukan?”tanya Parjo.
“Belum.!!”jawab Paijo dan Persi.
“Apakah sudah ada?”Tanya Parjo lagi.
“Beluuum….!”jawab Parjo dan Persi.
Disaat Paijo dan Persi sibuk mencari bukti, Parjo meihat pak Kades sedang bertransaksi sejumlah uang bersama warga yang menuduh Parjo CS. Parjo hanya bisa diam karena dia belum bisa menemukan bukti untuk menuduh pak Kades.
“Sudah dapat apa belum…!”tanya Polisi bertopi tadi.
“Be..luuum,,,pak”Parjo gugup.
“Sekarang borgol dan bawa tiga anak itu ke kantor polisi!”Perintah Polisi Bertopi kepada anak buahnya.
Karena jengkel tentang semua yang terjadi, Parjo langsung menghantamkan tangannya ke tembok kuil. tapi sebelum menyentuh tembok pukulanya terhenti.
“Bentar pak, jangan borgol dulu!”kata Parjo gembira,”Saya menemukan buktinya!”
Perkataan Parjo membuat semuanya yang ada disitu diam.
“Saya menemukan…..!”kata Parjo terhenti untuk membuat suasana tegang, beberapa detik kemudian Parjo melanjutkan kata-katanya dengan teriak”UPILLLL…”
Perkataan Parjo membuat suasana tegang menjadi ricuh. Semua warga dan polisi tertawa terbahak-bahak sedangkan Persi dan Paijo menunduk menanggung malu atas perbuatan Parjo. Kemudian setelah susana kembali tenang Polisi menanyakan pada Parjo.
“Maksudnya apa?”kata Polisi Bertopi sambil menahan tawa.
“Kemarin saat saya berpapasan dengan Pak Kades yang sedang menuju kuil, saya melihat pak Kades masuk kuil sambil utik-utik upil, kemudian menenpelkannya di tembok ini!”Parjo menjelaskan.
“Katanya kamu hanya berpapasan, tapi kenapa bisa tahu kalau pak Kades utik-utik upil.”Polisi kembali serius.
“Saya melihat bayanggannya!”

Mendengar perkataan Parjo, Pak Kades langsung masuk kuil kemudian menghampiri Parjo.
“Hanya dengan sebiji upil ini kamu menuduh aku….”pak Kades marah sambil menunjuk upil yang menempel di tembok.
“Walau pun cuma sebiji upil tapi bisa menjebloskan bapak ke pernjara…”Parjo berkata tagas layaknya orang dewasa.
Kemudian Polisi-polisi datang membawa seperangkat alat pengidentifikasi Upil sidik jari.
Pak Kades mulai kawatir tapi Parjo dan Persi sangat senang, sedangkan Paijo juga ikut kawatir.
“Jo, aku takut…”Paijo memelas.
“Kenapa….?”Tanya Parjo.
“Soalnya kemarin aku juga nempelin upilku ke tembok ini….”
Keadaannya menjadi sama kwatirnya setelah Parjo CS melihat dua upil yang berdekatan, tapi hanya satu yang diperiksa sidik jarinya. Dan apabila yang diperiksa adalah upil Paijo, maka Parjo CS yang masuk penjara tetapi kalau upilnya milik Pak Kades maka pak Kades-lah yang masuk penjara.
“Ayo jo, ingat-ingat lagi yang mana upilmu?”kata Persi dengan sepenuh hati.
“Sungguh aku bener-bener lupa. Mana ada sih, orang yang mengingat dimana dia menempelkan upil.”kata Paijo.
“Ayo lah,,,,ingatlah lagi…!”
Kemudian Paijo diam untuk berpikir. Paijo mencoba mengingat kembali peristiwa tragis keluarnya upil, lalu menceritakannya kepada Parjo dan Persi.
“Pertama, saya bersandar ditembok sambil melihat Matuka, lalu hidung saya mulai terasa gatal. Kedua, tangan kiri saya secara otomatis mendekati hidung lalu jari kelingking masuk ke lubang hidung. Ketiga, kukorek abis lubang hidungku, dan mendapatkan sebiji upil yang besar, kemudian aku tempelkan deh….”Parjo menceritakan dengan bangga.
“Yang kami maksud bukan itu, tapi upilmu yang mana!!!!”Parjo dan Persi membentak Paijo.
~~
Satu jam kemudian Polisi memasuki kuil untuk mengumumkan hasil tes sidik jari, semua warga berkumpul untuk mengetahui siapa yang bersalah.
“Menurut tes sidik jari yang dilakukan tadi, kami menetapkan bahwa tersangkanya adalah….!”Polisi Bertopi menghentikan kata-katanya untuk menambah ketegangan.
Suasana menjadi sunyi, napas pun ditahan seolah tak lebih penting dari mendengarkan siapa tersangkanya Terlihat juga pak Kades dan Parjo CS sangat panic sambil berdoa.
“Adaaalaah…..!”sekali lagi menahan kata-katanya.
Jantung Parjo CS dan Pak Kades seolah mau copot.
“Tersangkanya adalah Bapak Kepala Desa, dengan demikian alibi Pak Kades adalah palsu.!”Polisi berkata tegas sambil melirik pak Kades,” Sekarang pak Kades akan kami bawa ke kantor polisi untuk pemeriksaan lebih lanjut dan kami juga akan membawa barang bukti sebiji upil.”
Kemudian Polisi memborgol dan membawa pak Kades ke mobil Polisi meskipun ada perlawanan tapi dapat diatasi dengan mudah. Disaat itu pula para warga kecewa dengan kedesnya, kemudian warga melempari pak Kades dengan batu dan melontarkan kata-kata kotor.
Situasi kembali tenang setelah Polisi mengangkat senjata untuk memberikan tembakan peringatan, walau pun belum ditembakaan tapi para warga sudah tiarap.
Serine mobil kijang capsul abu-abu pun dinyalakan, kemudian pergi membawa Pak Kades. Belum jauh kelaur dari desa, Pak Kades melihat anaknya yang sedang mancing. Pak Kades sengaja tidak menyapanya karena takut akan membuat kecewa. Anaknya pak kades atau Michael sudah dari subuh berangkat mancing sehingga dia tak mengetahui apa yang terjadi didesanya dan bapaknya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar