Jam delapan malam Surya dan Martin tiba di asrama. Kemudian mereka melepas taxidonya dan di gantungkan ditempat yang sudah disediakan, lalu duduk diruang tamu gabung sama Persi dan Pak Bandrio.
“Dari mana saja kamu tadi?”tanya Pak Bandrio kepada Martin.
“Dari Café Pak.”
“Bikin khawatir saja.”kata Pak Bandrio.
Surya pergi kedapur untuk mengambil air minum, lalu datang kembali dengan membawa empat cangkir kopi panas.
“Silahkan dinikmati.”kata Surya sambil membagikan kopi-kopinya.
“Trima kasih…”
Mereka berempat menyeruput kopi yang masih panas bersamaan.
“Tin, Cewe’ yang bersamamu tadi siapa?”tanya Surya sambil meletakkan kopinya.
“Teman baruku, sekaligus anggota Agen 0007 yang kelima.”jawab Martin.
“Yang kelima?”kata Surya, Persi dan Pak Bandrio secara bersamaan,”Maksudnya?”
“Dia mau ikut bergabung membantu kita, lalu aku serahkan lencanaku kepadanya.”jawab Martin.
“Memangnya orang mana? Kok gak kamu bawa kesini saja?”tanya Pak Bandrio.
“Dia anggota Black-ear yang sudah insyaf. Dia saya tugaskan untuk memata-matai Black-ear, jadi gak saya bawa kesini.”
“BLACK-EAR…..”seru Surya, Persi dan Pak Bandrio.
“Kenapa kamu percaya begitu saja. Mungkin itu siasat Black-ear untuk menipu kita.”bentak Pak Bandrio.
“Dia jujur kok,”kata Martin pelan karena takut.
“Jangan bodoh-bodoh amat, kalau misi kita ini gagal kita akan dihukum….”bentak Surya dan Persi.
Kemudian Pak Bandrio, Surya dan Persi pergi meninggalkan Martin sendiri. Mereka pergi menuju kamarnya masing-masing lalu menguncimya.
~~
Martin yang ada diruang tamu sendiri hanya bisa termenung, berharap kalau Cu Wei tidak akan menipunya. Lalu Martin segera menelpun Cu Wei untuk memastikan. Tapi dua kali menelpunnya tak ada mengangkatnya, itu membuat Martin menjadi takut.
Kemudian Martin berjalan menuju kamarnya, tapi kamarnya telah dikunci oleh Surya,
“Sur, tolong bukakan pintunya, aku ngantuk…”kata Martin sambil mengetuk pintu kamar.
Tak ada jawaban dari Surya, Martin lalu kembali kekamar tamu lalu tudur di sofa. Sebelum terlelap Hp yang ada dikantong celananya bergetar,
“Siapa ya…”kata Martin sambil merogoh kantongannya.
Martin melihat ada laporan satu pesan diterima, kemudian membukanya.
Maf, td g q angkat, coz ni gi metting.
Q takut ktahuan. Bsok q kabari hsil
mettingnya. from Cu Wei.
Kemudian Martin membalas sms Cu Wei,
G pa2, u da di pihak ku to?
Q selalu prcayaimu…
Met metting ja…
Setelah sms tadi perasaan Martin menjadi tenang lalu melanjutkan tidurnya.
~~
Pagi hari di hari final tugas telah tiba. Jam lima pagi, Hp Martin kembali bergetar membuat terbangun dari tidurnya. Dalam hp tersebut tertilus,
Kberangkatn Matuka drubah,
Jm delapan pgi dr bandra
Soekarno-Hatta. From Cu Wei.
Tanpa membalas terlebih dahulu sms tersebut, Martin lalu menggedor pintu-pintu kamar Pak Bandrio, Surya dan Martin sambil teriak Ayo cepat bangun, Matuka akan terbang jam delapan!!!
Kemudian Pak Bandrio keluar dari kamarnya sambil menguap, lalu disusul Persi yang masih memakai baju tidurnya. Yang terakhir Surya keluar dengan hanya memakai kolor dan sarung. Lalu mereka semua berkumpul diruang tamu.
“Ada apa, kok rebut-ribut?”tanya Pak Bandrio.
“Matuka diterbangkan jam delapan pagi!”jawab Martin.
“Siapa yang bilang?”tanya Persi sambil mengucek matanya.
“Cu Wei, Agen 0007 yang kelima.”kata Martin.
“Itu cuma boong”kata Pak Bandrio, Surya dan Persi.
Lalu mereka bertiga pergi kembali ke kamar mereka masing-masing untuk melanjutkan tidurnya
~~
Martin yang sendirian diruang tamu mencoba menelpun Cu Wei untuk memastikan. Tak lama menunggu, Cu Wei mengangkat talpunnya.
“Hallo Cu Wei?”kata Martin.
“Iya, cepat kalian begerak sebelum terlambat, kami tiba dibandara sekitar jam tujuh pagi.”kata Cu Wei tergesa-gesa.
“Ciri-ciri Black-ear apa?”
“Pakai kemeja biru, berdasi kupu-kupu warna …...”
Bruaaak…Hp Cu Wei terjatuh sebelum menyelesaikan perkataannya kepada Martin. Lalu diikuti suara triakan dari Cu Wei yang minta tolong. Martin yang mendengar suara tersebut langsung ikut teriak,
“Cu Wei!!!!!” Martin berteriak berulang kali sehingga Pak Bandrio, Surya dan Persi mrndengarnya
Lau Martin segera bersiap-siap untuk keluar menyelamatkan Cu Wei. Motor scorpio langsung digebernya sendirian.
Pak Bandrio, Surya dan Persi keluar dari kamarnya setelah mendengar triakan dari Martin. Mereka bertiga berkumpul untuk membicarakan sesuatu diruang tamu.
~~
Martin bergerak cepat menuju markas Black-ear. Setengah jam dia sampai disana, lalu memasuki markasnya seperti kemarin, yaitu melewati pagar belakang lalu pintu belakang. Setelah berhasil melewati tersebut Martin menaiki tangga bamboo. Dia mengintip keadaan dilantai dua, ternyata banyak anggota Black-ear yang berada disanan. Kemudian Martin kembali turun tangga lalu menendang drum minyak yang ada didalam situ, sehingga menimbulkan suara yang lumayan keras.
Tak lama, dua anggota Black-ear turun ke lantai satu lewat tangga bamboo untuk memeriksa apa yang aka terjadi. Martin yang sembunyi di daerah situ langsung keluar sambil membawa potongan besi.
“Siapa kamu?”kata salah satu anggota Black-ear.
Tanpa basa-basi Martin langsung memukul leher keduanya sampai pingsan. Kemudian Martin mengganti bajunya dengan baju salah satu dari orang tersebut guna untuk menyamar. Kemeja biru, dasi kupu hitam dan kacamata hitam sangat cocok melekat ditubuh Martin, tak lupa mengambil senjata api milik mereka berdua. Lalu setelah itu tubuh dua orang tadi diseret dan disembunyikan.
Martin langsung naik kelantai dua tanpa takut, semua anggota Black-ear tak mencurigainya, kemudian Martin mendekati salah satu anggota Black-ear dan mananyaka sesuatu,
“Nona Cu Wei dimana ya?”tanya Martin.
“Dia disekap di lantai tiga.”
“Trima kasih…”
Kemudian Martin pergi meniju lantai tiga, setelah sampai dilantai tiga terlihat sangat sepi beda dengan lantai dua. Martin langsung mencari tempat dimana Cu Wei disekap, dangan membuka semua ruangan yang ada dilanta tiga, akhirnya Martin menemukan ruangan tersebut.
Didalam ruangan tersebut, Cu Wei terlihat duduk dipojok ruangan dengan mulut dibungkam dan tubuh yang diikat dengan tali. Martin lalu mendekati lalu melepaskan ikatannya. Setelah ikatan terlepas Cu Wei langsung memeluk Martin sambil menangis. Kemudian dalam pelukan Cu Wei, Martin berkata,
“Aku bawakan sebuah kado special untukmu.”
“Apa?”Cu Wei mengusap air matanya.
“Kado yang tak bisa dibawa oleh tangan.” Kemudian Martin mencium jidat Cu Wei
Setelah itu, Martin langsung membawa keluar dari ruangan tersebut. Tak jauh dari ruangan tersebut, Martin dan Cu Wei ketahuan oleng salah satu anggota Black-ear. Anggota Black-ear langsung mengambil senjatanya dan menembak Martin dan Cu Wei. Martin dan Cu Wei langsung sembunyi di balik tembok.
“Tunggu disini ya?”kata Martin sambil mangambil dua pistol dari taxidonya.
Martin langsung keluar dan menembak orang tersebut, satu tembakan bisa membunuh orang tersebut. Tapi kemudian terdengar suara langkah kaki yang banyak menuju lantai tiga.
“Ayo ikut aku.”teriak Martin kepada Cu Wei.
Cu Wei langsung mengikuti Martin, dari arah belakang terlihat banyak orang yang mengejarnya. Martin dan Cu Wei berlari kearah jendela sambil menembaki kearah belakang. Sesampainya dijendela samping lantai tiga Martin menyuruh Cu Wei untuk melompat, tapi Cu Wei tidak mau karena takut. Tiba-tiba Surya dan Pak Bandrio datang dan berdiri dibawah.
“Ayo lompat, kami akan tangkap…”teriak Surya.
Tanpa memberi aba-aba, Martin langsung mendorong Cu Wei. Cu Wei dapat ditangkap dengan mudah.
“Ayo kamu juga melompat.”teriak Surya kepada Martin.
Sebelum Martin melompat, terlihat dihalaman depan ada mini fan yang mengangkut Matuka.
“Kamu selamatkan saja Cu Wei dulu.”kata Martin.
“Oke…”kata Surya sambil melemparkan sapu ajaib,”Mungkin ini bisa membantumu.”
Rombongan Black-ear yang mengejar martin semakin dekat, Martin langsung belari menuju jendela depan untuk mendapatkan Matuka. Baku tembak terjadi kembali, sambil berlari Martin menembaki anggota Black-ear yang berada dibelakangnya. Sesampainya dijendela Martin langsung lompat dan jatuh tepat diatas mobil fan. Anggota Black-ear yang berada dijendela lantai dua langsung menembaki Martin yang berada di atap mobil fan tersebut. Karena takut terkena, Martin langsung lompat dan sembunyi dibawah mobil fan. Tembakan pun dihentikan.
“Aman..”kata Martin yang berada dibawah mobil.
Tapi tak lama kemudian mobil fan tersebut dijalankan.
“Sialll…”kata Martin.
Anggota Black-ear yang berada diatas kembali menembakinya lagi. Untung datang Pak Bandrio datang membawa pistolnya, satu tembakan bisa membunuh semua anggota Black-ear yang berada diatas jendela.
“Ya ampun…”kata Pak Bandrio heran dengan kehebatannya sendiri.
“Ayo cepat kejar mobil itu.”teriak Martin sambil berlari.
Martin langsung merubah sapu ajaib menjadi mobil sport keluaran BMW. Martin langsung menaikinya bersama Cu Wei sedangkan Pak Bandrio dan Surya mengendarai motor scorpio sendiri-sendiri.
“Persi dimana?”tanya Martin kepada Surya sambil menyetir mobilnya.
“Dia sudah ada di bandara Soekarno-Hatta.”jawab Martin,”Hati-hati mobilnya hanya tahan lima menit.”
“Oke, kalau gitu kalian yang mengejarnya, aku akan pergi kesuatu tempat.”kata Martin.
“Baiklah….”
Martin langsung membalikkan arah mobilnya, lalu dia kembali menuju markas Black-ear.
~~
Pak Bandrio dan Surya berhasil mendekati mobil fan yang mengangkut Matuka. Mereka berdua terus mengejarnya, kemudian tangan kirinya Pak Bandrio mengeluarkan pistol. Diarahkannya pistol itu kearah ban belakang mobil fan lalu ditembaknya. Tapi keberuntungan Pak Bandrio hanya sekali tadi, ban mobil fan yang ditembak malah ban depan motornya Surya yang kena. Surya barhenti dan motornya ditinggal begitu saja, lalu dia bonceng Pak Bandrio.
Mobil fan yang mereka kejar sudah tak terlihat,
“Kita ambil jalan pintas menuju bandara.”kata Pak Bandrio.
Pak Bandrio langsung membelokkan motornya ke gang-gang kecil, melewati kandang ayam, kuburan, sumur, nyangut dijemuran, dan masih banyak lagi. Kemudian sampai dijalan raya, mobil fannya pun terlihat lagi, mereka kembali mengejar mobil tersebut. Tangan kiri Pak Bandrio mengeluarkan pistolnya lagi.
“Pasti kena!”kata Pak Bandrio.
“Jangan pak, motor kita tinggal ini.”larang Surya.
Kemudian Pak Bandrio memasukkan pistolnya lagi.
Akhirnya mereka sampai di bandara, mobil fan tersebut berhenti di tempat parkir, lalu Pak Bandrio lari menuju mobil tersebut.
“Angkat tangan.”Kata Pak Bandrio sambil menodongkan pistolnya kepada Si-Sopir.
“Apa salah saya pak?”tanya sopir kaget sambil mengangkat tangannya.
“Jangan banyak omong, cepat keluar!”
Si-sopir langsung keluar sambil mengangkat tangannya.
“Mana Matuka?”tanya Pak Bandrio sambil memborgol si-sopir.
“Matuka??? Saya cuma bawa rombongan jamaah haji.”kata si-sopir.
Pak Bandrio lalu menengok kedalam mobil.
“Ya ampun…”kata Pak Bandrio setelah melihat dalam mobil yang dipenuhi orang bertasbih.
“Assallamu ‘alaikum……”sapa salah satu penumpang mobil fan.
“Wallaikum salam…..”jawab Pak Bandrio pelan.
Kemudian Surya yang ada diseberang jalan berteriak kepada Pak Bandrio,
“Pak… mobil fan-nya sudah ada didalam landasan terbang!!!”
Kemudian Pak Bandrio langsung lari bersama Surya meninggalkan para jamaah haji, tapi si-sopir melah mengejar Pak Bandrio.
“Pak Borgolnya belum dilepas….”teriak si-sopir sambil mengejar Pak Bandrio.
“Nanti saja, ini baru ada kasus besar…”
Pak Bandrio dan Surya langsung memasuki landasan terbang, lalu menghampiri mobil fan yang mengangkut Matuka. Setelah sampai ternyata mobil itu sudah kosong dan pesawat yang akan menerbangkan Matuka sudah siap terbang.
Pak Bandrio dan Surya langsung mendekati pesawat lokal yang akan segera lepas landas. Tapi sesampainya disana, Pak Bandrio dan Surya hanya jadi semut saja,
“Berhenti……”triak Pak Bandrio.
“Awas Ban depannya bocor….”teriak Martin
“Pak Pilot, anakmu nangis disini…..”triak Pak Bandrio.
Triakan Pak Bandrio tidak digubris oleh pilot, kemudian Surya mengganjal ban pesawat dengan batu bata, tapi tak memberi efek yang berlebih. Malah ban pesawat semakin cepat berputarnya. Mereka tidak bisa berbiat apa-apa, dan akhirya menyerah. Mereka berdua langsung tidur di landasan,
“Apa kita sudah sampai disini? Padahal tinggal sedikit lagi.”kata Pak Bandrio.
“Mungkin.”jawab Surya.
~~
Tiba-tiba terdengar suara sirine mobil polisi yang lumayan banyak. Mobil-mobil polisi yang jumlahnya kira-kira lima belas, memasuki landasan udara dengan barisan yang rapi. Kemudian mobil-mobil tersebut berhenti di ujung lintasan pasawat terbang dan membentuk benteng, untuk memberi isyarat supaya pesawat batal terbang.
Suara selipan ban pesawat terdengar keras, untungnya pesawat bisa berhenti tepat sebelum mobil-mobil Polisi berhenti. Kemudian mobil Polisi berjalan lagi untuk mengitari pesawat.
“Kalian sudah dikepung, segeralah menyerahkan diri!”kata pimpinan Polisi dengan sebuah microfon.
Pak Bandrio dan Surya kembali bangun, kemudian lari menuju pesawar tersebut. Sesampainya disana mereka melihat Persi yang berdiri menunggu kedatangan mereka.
“Kerja yang bagus Per.”kata Pak Bandrio kepada Persi.
Kemudian pintu pesawat dibuka, para Polisi langsung masuk kedalam pesawat untuk mencari Matuka dan Black-ear.
Tak lama kemudian pimpinan Polisi tersebut mendekati Pak Bandrio, Surya dan Persi.
“Ini kan yang kalian cari.”kata Polisi sambil membawa Matuka.
“Betul pak…”kata Pak Bandrio, Surya dan Persi, sambil mengambil Matuka dari tangan Polisi tersebut.
“Itu hak kalian, karena yang kami butuhkan adalah mafia Black-Earnya. Tapi kami tidak menemukan pimpinannya, kami hanya menemukan suruhannya saja.”kata pimpinan Polisi.
Tiba-tiba datang mobil Mazda RX-7 warna merah, lalu keluar Martin dan Cu Wei dari dalamnya.
“Jangan kawatir Pak, pemimpin Black-ear sudah kami tangkap.”kata Martin sambil mengkibaskan taxido miliknya.
“Dia ada didalam mobil.”kata Cu Wei.
Lalu Polisi menyeretnya keluar dan dimasukkan kedalam sebuah mobil bersama suruhannya yang tertangkap tadi.
“Kerja yang bagus teman-teman…..”kata pimpinan Polisi sambil hormat kepada kelima agen 0007.
“Sama-sama pak.”Agen 0007 membalas hormatnya.
Kemudian pimpinan Polisi mendekati Cu Wei,
“Bolehkah saya tau, tentang nona ini?”tanya pimpinan Polisi,”Kok seragamnya Black-ear.”
“Eeee…..”Pak Bandrio, Surya dan Persi tak bisa menjawab, sedangkan Cu Wei danya diam.
Kemudian Martin mencopot taxidonya lalu memakaikannya kebadan Cu Wei,
“Dia mata-mata kami pak.”kata Martin.
“Ya sudah, trima kasih….”kata Pimpinan Polisi sambil berjalan menuju mobil polisinya.
Kemudian para Polisi pergi dengan mobil polisinya, sedangkan kelima Agen 0007 bersama-sama mengangkat Matuka sambil teriak,
“KELINCII SEBESAR MARMUUT…..”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar