Mereka berempat kembali ke pasar rebo sekitar jam delapan malam, setelah selesai menyelesaikan beberapa masalah kecil, seperti membawa Pak Bandrio ke panti pijat, mengambil STNK di warung mie ayam, mengambil 2 motor di ancol dan menjaitkan baju-baju mereka yang sobek.
Jam sembilan malam mereka istirahat dikamarnya masing-masing.
Pagi kelima, kurang satu hari lagi Matuka diterbangkan ke Cina. Mereka berkumpul di ruang tamu.
“Gimana ini, tinggal satu hari lagi.”kat Pak Bandrio.
“Kami juga tidak tau pak.”kata yang lain.
Mereka semua terdiam.
“Saya akan memberitaukan sesuatu penting yang belum kalian ketaui.”kata Pak Bandrio pelan.
“Apa?”kata yang lain.
“Sesungguhnya kalau kita gagal dalam misi ini kita akan dipenjara, sedangkan kalau kita berhasil kita akan naik pangkat.”kata Pak Bandrio.
Surya, Martin da Persi terkejut.
“Kenapa pak?”tanya Persi.
“Karena jika kita gagal, kita dituduh membantu Black-ear untuk kabur, dan itu sudah saya setujui.”kata Pak Bandrio,”Maaf, saya tidak memberitaukan ini sebelumnya karena takut nanti kalian tidak jadi membantuku.”
“Sudah lah, lagi pula kita semua sudah terlibat, jadi sekarang kita lebih serius lagi untuk mencari Matuka!”seru Persi.
Mereka terdiam dan berpikir sejenak, kemudian Martin berdiri dan berjalan menuju kamarnya.
“Mau kemana Tin?”tanya Persi.
“Mau ambil sesuatu.”
Kemudian Martin datang membawa sapu dan buku ajaib dari Mbah Kastro dulu, lalu diletakkan diatas meja.
“Mungkin alat ini bisa membantu kita.’kata Martin.
Semua memperhatikan sapu dan buku ajaib, lalu Pak Bandrio mengambil sapu tersebut.
“Kita telah mengetahui fungsi dan cara menggunakan alat ini.”kata Pak Bandrio, lalu meletakkan sapu ajaib dan mengambil buku ajaib,”Lalu kalau benda ini kita belum tau gunanya dan kita belum pernah menggunakannya.”
“Coba pinjam Pak.”kata Persi sambil mengambil buku ajaib dari tangan Pak Bandrio.
Persi membolak-balik buku tersebut, buku warna coklat yang usang dengan tulisan di sampulnya, Dalemipun Sinten?.
“Maksutnya apa tulisan ini?”tanya Persi.
“Maksudnya, rumahnya siapa.”jawab Martin dan Surya, ternyata tak rugi juga ada orang yang bisa bahasa jawa.
Persi lalu membuka buku tersebut, yang dia lihat hanya lembaran kosong yang usang. Persi berpikir sejenak lalu berkata sesuatu.
“Tahu rumah atau sarangnya Black-ear?”kata Persi sambil menatap buku tersebut.
Setelah diamati beberapa menit ternyata tidak ada perubahan.
“Coba pakai bahasa jawa.”kata Surya.
“Ngertos dalemipun Black-ear?”kata Persi, bagaimanapun juga Persi sudah tiga tahun di jawa jadi sedikit mengetahuinya.
Tiba-tiba dikertas yang kosong muncul tulisan dengan aksara jawa.
“Ini artinya apa? Saya belum begitu menguasai tulisan kayak gini.”kata Persi sambil meletakkan diatas meja supaya yang lain bisa melihatnya.
“Jalan hitam no 19, kampung Warna, Koja,
Mengetahui hal tersebut mereka berempat langsung berdiri.
“Ayo kita kesana!!”kata Pak Bandrio.
“Siap pak…!”seru yang lain.
Mereka langsung mengambil taxido mereka masing-masing dan keluar rumah membawa dua scorpio. Buku dan sapu ajaib mereka ditinggal dirumah karena takut hilang.
Kurang dari setengah jam mereka smpai di kecamatan Koja. Lalu mereka mencari yang namanya kampong Warna. Setelah muter-muter dan tanya-tanya akhirnya mereka menemukan kampong Warna yang terletaknya di Koja paling Utara, sehingga dekat dengan bibir pantai.
~~
“Jalan hitam no 19.”kata Persi sambil melihat sebuah rumah besar yang pagarnya dipenuhi dengan tumbuhan merambat, pagar yang terbuat dari tembok itu seperti sudah tak kokoh lagi. Rumahnya pun tergolong mewah, tetapi seperti bangunan yang tak ada penghuninya, kotor dan tak terawat.
Setelah melihat rumah tersebut, mereka berempat langsung memarkirkan kendaraan disamping pagar lalu duduk untuk menyusun rencana.
“Apa kalian punya ide untuk memasuki rumah ini?”kata Pak Bandrio.
“Bagaimana kalau lewat belakang rumah.”kata Surya.
“Kalau gitu kita lihat dulu bagian belakang rumahnya.”
Mereka berempat berjalan menuju belakang rumah, disana mereka melihat sebuah lobang dipagar yang lumayan besar, mungkin lobang itu akibat pagarnya sudah rapuh.
“Kita masuk lewat lubang itu.”kata pak Pak Bandrio.
Mereka berempat masuk ke halaman belakang rumah. Terlihat pintu belakang rumah yang terbuka lebar. Mereka segera menuju kesana, lalu memasukinya.
“Kok sepi gak ada orang.”kata Persi sambil berjalan mengendap-nendap masuk kedalam rumah bersama tim-nya.
“Iya sepi…”kata Surya.
Tiba-tiba Martin yang ada dibarisan belakang berkata dengan keras.
“
Pak Bandrio langsung menyekap mulut Martin lalu menyeretnya kesebuah ruangan kosong, diikuti Persi dan Surya.
Gara-gara teriakan Martin, suara langkah kaki terdengar keras dan mendekat. Langkah kaki tersebut berhenti pintu belakang rumah. Pak Bandrio dan yang lain masih sembunyi diruangan samping pintu tersebut, berharap mereka tidak menemukan mereka. Diruangan tersebut Pak Bandrio dapat mendengar percakapan dari dua anggota Black-ear yang berada di pintu belakang tadi.
”Siapa yang membuka pintu belakang ini?”tanya anggota satu.
“Maap, tadi saya kencing diluar pintu dan lupa menutup pintunya kembali.”jawab anggota kedua sambil menutup dan mengunci pintu belakang.
“Lantas siapa yang teriak tadi?”tanya anggota satu.
“Saya tidak tau, mungkin kucing tetangga.”kata anggota kedua.
“Ya sudah, kita kembali saja keatas, soalnya rapat segera dimulai.”kata anggota satu, sambil pergi meninggalkan tempat itu.
Pak Bandrio dan yang lain segera keluar dari persembunyian, lalu mengikuti dua orang tadi.
“Jangan kamu ulangi perbuatanmu itu ya.”kata Pak Bandrio pelan kepada Martin sambil berjalan mengendap-ngendap.
“Baik pak…”
Mereka berjalan terus melewati ruang-ruang yang kosong, kemudian mereka menemui sebuah tangga dari bamboo disudut rumah. Mereka langsung menaikinya, setelah sampai dilantai dua mereka semua heran, ternyata dilantai dua lebih bersih dan terawatt seperti gedung pertemuaan kelas elit, beda dengan lantai pertama yang kosong, kotor, banyak sarang laba-laba.
“Kok sepi ya Pak?”tanya Surya.
“Mungkin semua sedang rapat.”kata Pak Bandrio.
Mereka berempat langsung berpencar untuk menemukan tempat rapat. Tak lama kemudian Persi berhasil menemukan tempat rapat tersebut lalu memanggil Pak Bandrio, Surya dan Martin.
Mereka langsung mendekati pintu ruangan yang digunakan untuk rapat. Mereka tak bisa melihat kegiatan rapat tersebut karena pintunya dikunci dari dalam. Mereka berempat hanya bisa mendengarkan saja.
Dari hasil pendengaran mereka mendapatkan informasi kalau Matuka akan diterbangkan dari bandara Atangsanjaya Bogor menuju Cina sekitar jam empat sore dengan pesawat lokal.
Setelah merasa cukup informasinya, Pak Bandrio memberanikan untuk mendobrak pintu tersebut lalu menodongkan pistol kepada anggota rapat.
“Nak, kalian yang mendobrak nanti aku yang masuk lalu menodongkan pistol mereka.”kata Pak Bandrio.
“Gak papa itu pak?”kata Persi,”Apa tidak terlalu bahaya, keahlian menembak bapak itu sangat buruk”
“Gak usah takut paling yang ada didalam cuma tiga sampai
“Baiklah kalau gitu, kami akan mendobraknya.”kata Surya dan Martin.
“Saya hitung ya….”kata Pak Bandrio sambil menyiapkan pistolnya,”Satu…. Dua…. Tigaaa…. Dobrakkk…!”
Bruuuakkk… suara pintu yang didobrak oleh Surya dan Martin. Pinti terbuka lebar, Pak Bandrio langsung masuk dan menodongkan pistol.
“ANGKAT TANGAN….. AGEN RAHASIA 0007…”teriak Pak Bandrio.
Perkiraan Pak Bandrio meleset, jumlah peserta rapat mencapai
Kemudian semua anggota rapat mengeluarkan pistol dan diarahkan ke arah Pak Bandrio. Kejadian itu sangat tak disangka oleh Pak Bandrio.
“Waduuuh….!”kata Pak Bandrio pelan.
Surya, Martin dan Persi lalu mengintip dari balik pintu.
“Waduuuh…”kata Martin.
“Lariiiiiiii………”teriak Pak Bandrio, Surya, dan Persi.
Pemimpin Black-ear yang masih berada didalam ruangan rapat langsung melompat keatas meja.
“Tangkap dan Bunuh orang itu.”teriak pimpinan Black-ear.
Pak Bandrio, Surya dan Persi lari menuju tangga bamboo, lalu keluar lewat pintu belakang, tetapi karena saking paniknya Martin terpisah dari kelompoknya. Martin lari kearah kamar mandi, lalu masuk untuk sembunyi.
“Stuuuttttt….”Martin menyuruh cewe’ itu diam.
Untungnya cewe’ tersebut nurut dengan Martin, Martin heran kenapa dia bisa nurut, lalu dia menatap wajahnya.
“Alamak… pingsan…..”Martin kaget melihat cewe’ tersebut padahal cuma dipeluk dan disekap mulutnya. Mungkin ada satu kesalahan fatal yang dilakukun Martin, yaitu dengan menjepit kepala cewe’ tersebut diketiak.
Kemudian Martin mendudukan cewe’ tersebut disamping closed lalu melihat wajah si-Cewe’ itu.
“Cantik banget ya…”
Martin memandangi wajah cewe’ itu terus, dan sesekali membelai rambutnya, jantungnya berdebar keras seolah menemukan sesuatu yang hilang dari dirinya. Lalu semua itu rusak saat ada sesuatu yang mengganggunya.
“Kok, bau tai’…”kata Martin pelan, lalu menengok lubang closed yang ada disampingnya.
“Ihh… BeoL gak disiram….”Martin jijik,”Tainya besar-besar lagi.”
Dari lubang closed tersebut Martin mendapatkan ide untuk menyadarkan cewe’ tersebut. Dia mencoba memasukkan kepala cewe’ kedalam lubang closed yang penuh dengan tai. Sebelum nyampe ke lobang, cewe’ tersebut tersadar lalu teriak.
“Buau Buaangeet…”sambil meronta berdiri.
“Berhasil….”kata Martin sambil menyiram closed.
Cewe’ tersebut langsung melirik wajah Martin.
“Setaaaannn….”
“Sialan…. “Martin kecewa,”Aku Ini orang sungguhan.”
“Setan Sungguhaann….”cewe’ tadi semakin takut.
Lalu Cewe’ tersebut terdiam dan melihat wajah Martin untuk memastikan, kemudian dia menanyakan kenapa Martin bisa masuk kedalam kamar mandi ini, lalu Martin menceritakan semuanya tanpa ditambahi, tapi kalau dikurangi itu sudah pasti, karena ingatannya sebesar upil.
“Jadi kamu ngelihat anu ku?”Cewe’ tedi sedikit marah.
“Enggak,”Jawab Martin pelan.
“Sungguh?”Cewe’ tersebut memastikan,”Berarti aku masih perawan.”
“Dikit…”kata Martin semakin pelan.
Cewe’ tersebut langsung memukuli Martin sambil marah-marah. Tiba-tiba ada suara dari luar kamar mandi.
“Siapa didalam?”
“Saya Pak, Cu Wei…”kata Cewek tersebut dari dalam kamar mandi.
“Ya sudah…”kata orang dari luar kamar mandi lalu pergi meninggalkan kamar mandi tersebut..
Cewe’ keturunan cina, putih, sipit, dengan rambut lurus hitam panjang, memakai blazer hitam, dan yang gak kuat sama bau ketiaknya Martin, ternyata namanya Cu Wei.
Martin heran mengapa Cu Wei mau menolongnya, padahal dia adalah anggota dari Black-ear, sedangkan sekarang anggota Black-ear yang lain sedang sibuk mencari Martin dan kawan-kawan, tetapi Cu Wei malah melindunginya.
“Kenapa kamu menolong aku, padahal kitakan saling bertolak belakang.”kata Martin kepada Cu Wei.
“Aku pengen sekali-kali berbuat baik.”Cu Wei tersenyum,”Lagi pula aku sudah bosan menjadi mafia, banyak dosa dan resikonya”
Cu Wei lalu duduk jongkok disamping closed, kemudian Martin ikut duduk jongkok disamping Cu Wei.
“Aku pengen berubah.”kata Cu Wei penuh penyesalan.
“Kalau gitu ikut aku saja, dijamin bahagia dunia akhirat.”kata Martin.
“Maksud lo?”
“Jadi Istriku.”kata Martin sambil tersenyum.
“Tambah banyak dosaku.”
Martin berdiri lalu mengambil lencana Agen 0007 yang ada disaku taxidonya.
“Agen Rahasia 0007.”kata Martin sambil menunjukan ke Cu Wei,”Gimana kalau kamu bergabung bersama kami!”
“Nama yang aneh, kayakn James Bond tapi banyakan enolnya…”Cu Wei berdiri,”Apakah bisa aku bergabung?”
“Bisa…”jelas Martin,”Tugas kamu tinggal memberi kabar kepada kami tentang perkembangan Black-ear.”
Cu Wei terdiam, seolah memikirkan sesuatu.
“Baiklah, aku ikut kamu.”kata Cu Wei gembira.
“Selamat bergabung di Agen Rahasia 0007, Cu Wei.”kata Martin sambil menyalami Cu Wei dan memberikan lencana agen 0007 miliknya kepada Cu Wei.
“Trima kasih, aku akan berusaha sebaik mungkin.”
Kemudian mereka berdua bertukaran nomor handphone untuk berkomunikasi. Setelah itu, Martin meminta Cu Wei untuk mengeluarkannya dari rumah ini.
~~
Tak sulit bagi Cu Wei untuk mengeluarkan Martin,. itu karena Cu Wei adalah sekertaris pribadi pimpinan Black-ear ditambah semua anggota sudah tak ada di dalam rumah karena pergi mencari Agen 0007. Setelah sampai diluar, Martin mengajak Cu Wei untuk pergi kesuatu tempat.
“Mau ku ajak ke Café favoritku?’kata Martin yang sok
“Dimana itu?”
“Eeee…”Martin berfikir, karena dia belum pernah ke café,”Pokoknya ikuti saja aku.”
“Baik lah, aku juga sudah jarang ke tempat kayak gitu.”
Kemudian Martin dan Cu Wei berjalan menuju tempat dimana dia memarkirkan motor tadi, setelah sampai ternyata tak ada satu pun motor disitu.
“Waduh, motornya gak ada?”kata Martin.
“Lalu gimana?”tanya Cu Wei.
“Kamu ada kendaraan g?”kata Martin malu-malu.
“Huu, gak modal…”sorak Cu Wei,”Kamu tunggu disini aku ambilkan dulu.”
Kemudian Cu Wei pergi meninggalkan Martin untuk mengambil kendaraannya. Lalu disaat Martin sendiri, Hp-nya berbunyi,
“Hallo….”
“Tin, kamu masih hidup to?”suara dari Hp.
“Masih, menghina amat lo…”teriak Martin,”Siapa to kamu itu?”
“Aku Surya, kami bertiga sudah sampai di asrama. Kedua motor sudah kami bawa, nanti kamu pulang naik ojek saja ya?”
“Oke… nanti aku pulang telat, karena aku mau Leha-leha dulu.”kata Martin,”Aku akan bawa kejutan untuk kalian semua.”kemudian Martin menutup telpunnya.
Tak lama dari Martin menutup telpun datanglah mobil Mazda RX-7 warna merah metalik berhenti didepan Martin. Lalu Cu Wei keluar dari dalam mobil tersebut. Dia menghampiri Martin lalu menyerahkan kunci mobil dengan gantungan kuncinya tengkorak bayi manusia asli.
“Nih, kamu yang bawa, kamu
“Waduh… kok mengerikan kayak gini?”kata Martin setelah melihan gantungan kuncinya.
“Gak usah banyak protes ayo cepat pergi, nanti keburu anggota Black-ear datang lagi.”
Lalu Martin membukakan pintu Cu Wei.
“Silahkan Putri..”kata Martin sok romantis.
“Terima kasih…”
Kemudian mereka segera pergi menuju kafe kayalannya Martin.
bersambung??? klw bersambung cepet sambungin dong kk :D asik
BalasHapussiap gan,... menunggu ilham
Hapus