Pulang (16)

kembali ke daftar isi

Setelah dari bandara mereka kembali ke asrama untuk merayakan keberhasilanya, pesta kecil-kecilan diadakan di asrama. Walaupun hanya berlima tapi cukup meriah.

Keesokkan harinya mereka dilantik jadi keluarga besar Polisi.

Pak Bandrio dilantik menjadi Inspektur Polisi dan dinasnya di Polda Metro Jaya. Sedangkan Surya, Martin, Persi dan Cu Wei dilantik menjadi perwira Polisi dan dinasnya juga sama di Polda Metro Jaya.

Kemudian mereka mendapat hadiah tambahan yaitu berlibur ke pulau Bali bersama keluarganya masing-masing.

Itu adalah penghargaan dan hadiah terbesar yang pernah mereka dapatkan. Apalagi Martin, dia mendapat pengalaman yang tak terlupakan saat sebelum dilantik. Dia disuruh untuk menyerukan proklamasi tanpa texs. Nama Martin dipanggil dari atas mimbar, martinpun berdiri dari tampat duduknya lalu menuju mimbar, tapi sebelum berdiri Martin mengatakan kepada Surya kalau dia taka pal texs proklamasi, Surya pun hanya menjawab tak apa-apa seingat kamu saja. Martin berdiri di mimbar, dia melihat ratusan Polisi yang pandangannya tertuju padanya. Grogi dan takut. Dengan tekat yang bulat Martin berkata,“PROKLAMASI!!!”, suaranya mirip banget Bung Karno. Kemudian dia diam sejenak seolah memikirkan sesuatu. Sesaat kamudian dia berkata dengan tegas lagi,”SATU KETUHANAN YANG MAHA ESA!!!”. Para hadirin pada bingung, apakah itu sikap warga Negara Indonesia sekarang yang sudah melupakan sejarah bangsanya.

~~

Sehari sesudah pelantikan mereka berlima pulang kekampungnya sambil membawa Matuka. Setelah sampai di Klaten, mereka berlima kemudian berjalan bersama menuju rumah mereka masing-masing dengan seragam Agen 0007 yang masih melekat erat ditubuhnya.

“Tin, kamu hebat bisa menangkap pimpinan Black-ear, padahal cuma sama Cu Wei.”kata Surya kepada Martin.

“Hebat dong siapa dulu.”Martin bangga.

“Kok bisa?”tanya Persi.

“Saat itu pimpinan Black-ear baru makan, lalu aku ubah sapu ajaib menjadi seekor sapi yang mencret,”kata Martin,”Kemudian sapi mendekatinya lalu ngluarin buanyak banget kotoran dipiringnya.”

“Lalu pimpinan Black-ear muntah-muntah dan pingsan, begitu juga aku.”tambah Cu Wei.

Mereka semua tertawa mendengar cerita tersebut.

“Lalu kamu Per, kok bisa panggil buanyak banget Polisi dari Polda?”tanya Pak Bandrio.

“Aku cuma salah pencet nomor telpun saja, rencananya sih mau telpun Surya, e malah Polda.”kata Persi.

Surya tersenyum malu, mendengar Persi perhatian kepadanya,

“Memang kenapa Telpun aku, kangen ya?”tanya Surya kepada Persi.

“Gak tuh, cuma mau ngingetin kalau kamu tu belum sikat gigi.”kata Persi,”Kasihan orang-orang yang ada didekatmu.”

~~

Kemudian Pak Bandrio berpisah dikantor Polisi Klaten.

“Sampai jumpa kembali anak-anak.”kata Pak Bandrio sambil melambaikan tangannya,”Kita bertemu dua hari ragi disini, lalu leha-leha di bali.”

“Oke pak!!”teriak Surya, Martin, Persi dan Cu Wei lalu berjalan menuju rumah Mbah Kastro untuk bertrima kasih sekaligus mengembalikan buku dan sapu ajaibnya.

Setelah dari rumah Mbah Kastro mereka langsung berjalan menuju kampungnya. Empat jam berjalan akhirnya mereka berempat sampai dijalan ujung kampong. Dari ujung jalan tersebut terlihat banyak warga yang sedang gotong-royong memperbaiki parit dipinggir jalan. Mereka berempat berdiri terpaku melihat kembali desa kesayangannya dengan warga yang ramah tamah.

“Parjo dan Paijo kembali….”teriak salah satu warga setelah melihat Surya dan Martin di ujung jalan.

Dari teriakan tersebut semua warga langsung melirik keujung jalan. Semua warga menghentikan kegiatan gotong royongnya.

Surya yang berdiri disamping Martin langsung mengambil Matuka yang ada didalam tasnya Martin. Surya langsung mengangkat tinggi-tinggi Matuka sambil teriak,

“MATUUKAA KEEMBALII……”

Warga langsung berlari menuju tempat Surya dan kawan-kawan berdiri.

“HOREE……!!!”teriak warga sambil berlari.

“AWAAASSSS…..”teriak Martin yang ngeri melihat semua warga berlari menuju dia sambil membawa alat-alat yang dipakai untuk gotong-royong, seperti : clurit, pacul dan linggis. Martin ketakutan karenanya, dan sebelum para warga sampai ditempatnya, Martin langsung mengeluarkan pistol dari tasnya,

DOOOORRR….. suara tembakan yang diarahkan keatas dan lansung membuat semua warga dari lari jadi tiarap. Surya, Persi dan Cu Wei melirik ke Martin,

“Kenapa kamu itu?”tanya Cu Wei heran.

“Kita mau diserang…”kata Martin sambil menurunkan pistol.

“Mana mungkin?”kata Surya sambil merebut pistol Martin,”Kamu dapat dari mana pistol ini?”

“Aku curi dari Pak Bandrio.”

Surya yang mendapatkan pistol dari Martin langsung memasukkan kembali kedalam tasnya,

“Maaf hanya kesalahan teknis…”kata Martin kepada para warga yang sedang tiarap.

Kemudian Matuka diangkat keatas oleh mereka berempat, dan teriak bersama-sama,

“MAATUUUKAAA……!!!”

Warga yang tiarap langsung bangun dan berlari lagi. Surya, Martin, Persi dan Cu Wei langsung diangkat dan dilempar-lemparkan, mereka berempat dilempar-lemparkan berulang-ulang kali dan Matuka dipegang erat oleh Martin. Perasaan senang dan bangga merasuki semua hati warga. Suara gemuruh teriakan gembira dari warga menambah suasana menjadi rame. Tak lama kemudian, Martin yang sedang dilempar-lempatkan dan yang membawa Matuka berteriak,

“MAATUUKAA TERJATUHHH…..”

Warga langsung berhenti melempar-lempar Surya CS, dan mencari Matuka yang jatuh ditanah. Surya CS pun terjatuh karena warga tak mau menangkapnya kembali setelah dilemparkan.

“Sekarang kita yang terjatuh….”kata Surya sambil memegangi pinggangnya.

Warga mengambil kembali Matuka lalu membantu Surya CS untuk berdiri,

“Kerja yang bagus nak…”kata salah satu warga.

Kemudian Matuka dibawa kekuilnya berame-rame. Sesudah meletakkan Matuka, Surya CS keluar dari kuil dan berdiri didepan pintu kuil,

“Kita berpisah disini ya.”kata Surya.

“Baik.”

Kemudian Persi mengajak Cu Wei untuk menginap dirumahnya, sedangkan Surya dan Martin langsung bejalan menuju rumah terindahnya.

Tak lama kemudian Surya dan Martin sampai disebuah rumah,

“Aku pulang….”teriak Surya dan Martin sambil mengetuk pintu.

Lalu dibukakan pintunya, keluarlah Mbok Ponah dari dalam rumah tersebut,

“Huss, rumah kamu itu yang situ.”kata Mbok Ponah sambil menunjuk rumah sampingnya.

“Maap Mbok, lama gak pulang rumahnya kok tukeran tempat.”kata Martin.

“Dari dulu ya gini, kamu aja yang bego.”kata Mbok Ponah.

Kemudian mereka berdua pulang kerumahnya.

Setelah kembalinya Matuka desa Pasungan kembali seperti semula yang anti ngegosip, karena itu sudah kebiasaan turun temurun dari nenek moyang. Kelompok GADIS dibubarkan dan ijin dari pemerintah dicabut.

~~

Dua hari kemudian, Surya, Martin, Persi dan Cu Wei berkumpul kembali di kuil Matuka, bersama Tiga orang tua Surya Martin dan dua orang tua Persi. Mereka siap menghampiri Pak Bandrio di kantor polisi untuk berlibur ke Bali.

Sembilan orang tersebut langsung berjalan menuju kantor Polisi Klaten. Disana Pak Bandrio sudah menunggu, dan dia mengajak satu istri dan tiga anaknya.

Perjalanan ke Bali pun dimulai, kelima belas orang tadi masuk dalam bis ber AC yang sudah disiapkan oleh armada JOSBUS dari Jakarta.

Satu hari kemudian mereka sampai di bali dan berhenti di pantai kute. Mereka semua turun dan bermain disitu.

Surya dan Persi.

Surya dan Persi sedang duduk berdua dibawah pohon kelapa, kemudian Surya menghirup napas panjang lalu mengeluarkan perlahan-lahan sambil memegangi dadanya.

“Apa kamu merasakan akan apa yang kurasakan?”

“Apa?”tanya Persi sambil menatap wajah Surya.

“Jantung yang berdetak keras saat bersama denganmu.”kata Surya.

Tanpa basa-basi seperti Surya, Persi langsung berkata,

“Aku Cinta Kamu…”kata Persi sambil mencium pipi kiri Surya.

“Sungguh?”

“Sungguh. Sekarang jiwa dan ragaku seutuhnya milikmu.”kata Persi.

Surya lansung berdiri, mengulurkan tangannya,

“Ayo kita bersenang senang, berenang dipantai.”ajak surya, lalu mereka berdua berlari untuk berenang.

Martin dan Cu Wei.

“Apa kamu pernah maen disini?”tanya Cu Wei.

“Pernah.”kata Martin sambil bermain air pantai disamping Cu Wei.

“Kapan?”

“Dulu sebelum ke musolla aku selelu mampir kesini.”

“Bo’ong,…”

“Ih… gak percaya ya…”kata Martin lalu menyirami Cu Wei dengan tangannya.

Martin terus-menerus menyirami Cu Wei, sedangkan Cu Wei tak melawan.

“Cukup Tin, aku nyerah.”kata Cu Wei sambil menutupi mukanya dengan tangan.

“Masak gitu aja nyerah!”kata Martin yang masih menyirami air ke Cu Wei.

“Aku nyerah.”

Martin menghentikan siramannya, lalu mendekati Cu Wei.

“Sudah kok.”kata Martin yang melihat Cu Wei masih menutupi mukanya.

“Kamu jahat,…”kata Cu Wei sambil memukuli pundak Martin.

Martin langsung memegangi kedua tangan Cu Wei,

“Ada apa?”tanya Cu Wei.

“Apa kamu lihat langit itu?”kata Martin sambil menunjuk langit.

“Aku lihat.”Cu Wei melihat keatas.

“Apa kamu ingat apa warnya?”

“Biru…”

“Coba lihatlah aku,”kata Martin, lalu Cu Wei menatap wajahnya,”Apa kamu ingat sesuatu?”

“Ya,..”kata Cu Wei,”Aku belum menjawab satu pertanyaan darimu.”

“Pertanyaan, maukah jadi pendampingku.”jelas Martin.

“Tapi umurku tiga tahun lebih tua dari kamu.”kata Cu Wei.

“Apalah arti umur dibandingkan cinta?”

Cu Wei terdiam sejenak,

“Aku bersedia mendampingimu”

“Ciiihuuuiiii…”teriak Martin lalu menyirami Cu Wei lagi.

~~

Setelah selesai berlibur mereka semua kembali kerumahnya masing-masing. Dua hari kemudian diadadakan pemilihan kepala desa untuk menggantikan bapaknya Michael, dan Pak Karjo Martoyo Suryadiningrat lah yang terpilih.

Satu minggu berlalu dengan cepat, dan itu saatnya Pak Bandrio, Surya, Martin, Persi dan Cu Wei pergi meninggalkan Klaten untuk bekerja di Jakarta seperti yang sudah ditetapkan Polda.

Pesta perpisahaan diadakan besar-besaran didesanya untuk mengantar kepergian mereka.

Dua tahun kemudian, Surya Persi dan Martin Cu Wei menikah bersama di Jakarta dan mengundang seluruh warga desa Pasungan.

THE END

kembali ke daftar isi

Kajar Keberuntungan!!! (15)

kembali ke daftar isi

Jam delapan malam Surya dan Martin tiba di asrama. Kemudian mereka melepas taxidonya dan di gantungkan ditempat yang sudah disediakan, lalu duduk diruang tamu gabung sama Persi dan Pak Bandrio.

“Dari mana saja kamu tadi?”tanya Pak Bandrio kepada Martin.

“Dari Café Pak.”

“Bikin khawatir saja.”kata Pak Bandrio.

Surya pergi kedapur untuk mengambil air minum, lalu datang kembali dengan membawa empat cangkir kopi panas.

“Silahkan dinikmati.”kata Surya sambil membagikan kopi-kopinya.

“Trima kasih…”

Mereka berempat menyeruput kopi yang masih panas bersamaan.

“Tin, Cewe’ yang bersamamu tadi siapa?”tanya Surya sambil meletakkan kopinya.

“Teman baruku, sekaligus anggota Agen 0007 yang kelima.”jawab Martin.

“Yang kelima?”kata Surya, Persi dan Pak Bandrio secara bersamaan,”Maksudnya?”

“Dia mau ikut bergabung membantu kita, lalu aku serahkan lencanaku kepadanya.”jawab Martin.

“Memangnya orang mana? Kok gak kamu bawa kesini saja?”tanya Pak Bandrio.

“Dia anggota Black-ear yang sudah insyaf. Dia saya tugaskan untuk memata-matai Black-ear, jadi gak saya bawa kesini.”

“BLACK-EAR…..”seru Surya, Persi dan Pak Bandrio.

“Kenapa kamu percaya begitu saja. Mungkin itu siasat Black-ear untuk menipu kita.”bentak Pak Bandrio.

“Dia jujur kok,”kata Martin pelan karena takut.

“Jangan bodoh-bodoh amat, kalau misi kita ini gagal kita akan dihukum….”bentak Surya dan Persi.

Kemudian Pak Bandrio, Surya dan Persi pergi meninggalkan Martin sendiri. Mereka pergi menuju kamarnya masing-masing lalu menguncimya.

~~

Martin yang ada diruang tamu sendiri hanya bisa termenung, berharap kalau Cu Wei tidak akan menipunya. Lalu Martin segera menelpun Cu Wei untuk memastikan. Tapi dua kali menelpunnya tak ada mengangkatnya, itu membuat Martin menjadi takut.

Kemudian Martin berjalan menuju kamarnya, tapi kamarnya telah dikunci oleh Surya,

“Sur, tolong bukakan pintunya, aku ngantuk…”kata Martin sambil mengetuk pintu kamar.

Tak ada jawaban dari Surya, Martin lalu kembali kekamar tamu lalu tudur di sofa. Sebelum terlelap Hp yang ada dikantong celananya bergetar,

“Siapa ya…”kata Martin sambil merogoh kantongannya.

Martin melihat ada laporan satu pesan diterima, kemudian membukanya.

Maf, td g q angkat, coz ni gi metting.

Q takut ktahuan. Bsok q kabari hsil

mettingnya. from Cu Wei.

Kemudian Martin membalas sms Cu Wei,

G pa2, u da di pihak ku to?

Q selalu prcayaimu…

Met metting ja…

Setelah sms tadi perasaan Martin menjadi tenang lalu melanjutkan tidurnya.

~~

Pagi hari di hari final tugas telah tiba. Jam lima pagi, Hp Martin kembali bergetar membuat terbangun dari tidurnya. Dalam hp tersebut tertilus,

Kberangkatn Matuka drubah,

Jm delapan pgi dr bandra

Soekarno-Hatta. From Cu Wei.

Tanpa membalas terlebih dahulu sms tersebut, Martin lalu menggedor pintu-pintu kamar Pak Bandrio, Surya dan Martin sambil teriak Ayo cepat bangun, Matuka akan terbang jam delapan!!!

Kemudian Pak Bandrio keluar dari kamarnya sambil menguap, lalu disusul Persi yang masih memakai baju tidurnya. Yang terakhir Surya keluar dengan hanya memakai kolor dan sarung. Lalu mereka semua berkumpul diruang tamu.

“Ada apa, kok rebut-ribut?”tanya Pak Bandrio.

“Matuka diterbangkan jam delapan pagi!”jawab Martin.

“Siapa yang bilang?”tanya Persi sambil mengucek matanya.

“Cu Wei, Agen 0007 yang kelima.”kata Martin.

“Itu cuma boong”kata Pak Bandrio, Surya dan Persi.

Lalu mereka bertiga pergi kembali ke kamar mereka masing-masing untuk melanjutkan tidurnya

~~

Martin yang sendirian diruang tamu mencoba menelpun Cu Wei untuk memastikan. Tak lama menunggu, Cu Wei mengangkat talpunnya.

“Hallo Cu Wei?”kata Martin.

“Iya, cepat kalian begerak sebelum terlambat, kami tiba dibandara sekitar jam tujuh pagi.”kata Cu Wei tergesa-gesa.

“Ciri-ciri Black-ear apa?”

“Pakai kemeja biru, berdasi kupu-kupu warna …...”

Bruaaak…Hp Cu Wei terjatuh sebelum menyelesaikan perkataannya kepada Martin. Lalu diikuti suara triakan dari Cu Wei yang minta tolong. Martin yang mendengar suara tersebut langsung ikut teriak,

“Cu Wei!!!!!” Martin berteriak berulang kali sehingga Pak Bandrio, Surya dan Persi mrndengarnya

Lau Martin segera bersiap-siap untuk keluar menyelamatkan Cu Wei. Motor scorpio langsung digebernya sendirian.

Pak Bandrio, Surya dan Persi keluar dari kamarnya setelah mendengar triakan dari Martin. Mereka bertiga berkumpul untuk membicarakan sesuatu diruang tamu.

~~

Martin bergerak cepat menuju markas Black-ear. Setengah jam dia sampai disana, lalu memasuki markasnya seperti kemarin, yaitu melewati pagar belakang lalu pintu belakang. Setelah berhasil melewati tersebut Martin menaiki tangga bamboo. Dia mengintip keadaan dilantai dua, ternyata banyak anggota Black-ear yang berada disanan. Kemudian Martin kembali turun tangga lalu menendang drum minyak yang ada didalam situ, sehingga menimbulkan suara yang lumayan keras.

Tak lama, dua anggota Black-ear turun ke lantai satu lewat tangga bamboo untuk memeriksa apa yang aka terjadi. Martin yang sembunyi di daerah situ langsung keluar sambil membawa potongan besi.

“Siapa kamu?”kata salah satu anggota Black-ear.

Tanpa basa-basi Martin langsung memukul leher keduanya sampai pingsan. Kemudian Martin mengganti bajunya dengan baju salah satu dari orang tersebut guna untuk menyamar. Kemeja biru, dasi kupu hitam dan kacamata hitam sangat cocok melekat ditubuh Martin, tak lupa mengambil senjata api milik mereka berdua. Lalu setelah itu tubuh dua orang tadi diseret dan disembunyikan.

Martin langsung naik kelantai dua tanpa takut, semua anggota Black-ear tak mencurigainya, kemudian Martin mendekati salah satu anggota Black-ear dan mananyaka sesuatu,

“Nona Cu Wei dimana ya?”tanya Martin.

“Dia disekap di lantai tiga.”

“Trima kasih…”

Kemudian Martin pergi meniju lantai tiga, setelah sampai dilantai tiga terlihat sangat sepi beda dengan lantai dua. Martin langsung mencari tempat dimana Cu Wei disekap, dangan membuka semua ruangan yang ada dilanta tiga, akhirnya Martin menemukan ruangan tersebut.

Didalam ruangan tersebut, Cu Wei terlihat duduk dipojok ruangan dengan mulut dibungkam dan tubuh yang diikat dengan tali. Martin lalu mendekati lalu melepaskan ikatannya. Setelah ikatan terlepas Cu Wei langsung memeluk Martin sambil menangis. Kemudian dalam pelukan Cu Wei, Martin berkata,

“Aku bawakan sebuah kado special untukmu.”

“Apa?”Cu Wei mengusap air matanya.

“Kado yang tak bisa dibawa oleh tangan.” Kemudian Martin mencium jidat Cu Wei

Setelah itu, Martin langsung membawa keluar dari ruangan tersebut. Tak jauh dari ruangan tersebut, Martin dan Cu Wei ketahuan oleng salah satu anggota Black-ear. Anggota Black-ear langsung mengambil senjatanya dan menembak Martin dan Cu Wei. Martin dan Cu Wei langsung sembunyi di balik tembok.

“Tunggu disini ya?”kata Martin sambil mangambil dua pistol dari taxidonya.

Martin langsung keluar dan menembak orang tersebut, satu tembakan bisa membunuh orang tersebut. Tapi kemudian terdengar suara langkah kaki yang banyak menuju lantai tiga.

“Ayo ikut aku.”teriak Martin kepada Cu Wei.

Cu Wei langsung mengikuti Martin, dari arah belakang terlihat banyak orang yang mengejarnya. Martin dan Cu Wei berlari kearah jendela sambil menembaki kearah belakang. Sesampainya dijendela samping lantai tiga Martin menyuruh Cu Wei untuk melompat, tapi Cu Wei tidak mau karena takut. Tiba-tiba Surya dan Pak Bandrio datang dan berdiri dibawah.

“Ayo lompat, kami akan tangkap…”teriak Surya.

Tanpa memberi aba-aba, Martin langsung mendorong Cu Wei. Cu Wei dapat ditangkap dengan mudah.

“Ayo kamu juga melompat.”teriak Surya kepada Martin.

Sebelum Martin melompat, terlihat dihalaman depan ada mini fan yang mengangkut Matuka.

“Kamu selamatkan saja Cu Wei dulu.”kata Martin.

“Oke…”kata Surya sambil melemparkan sapu ajaib,”Mungkin ini bisa membantumu.”

Rombongan Black-ear yang mengejar martin semakin dekat, Martin langsung belari menuju jendela depan untuk mendapatkan Matuka. Baku tembak terjadi kembali, sambil berlari Martin menembaki anggota Black-ear yang berada dibelakangnya. Sesampainya dijendela Martin langsung lompat dan jatuh tepat diatas mobil fan. Anggota Black-ear yang berada dijendela lantai dua langsung menembaki Martin yang berada di atap mobil fan tersebut. Karena takut terkena, Martin langsung lompat dan sembunyi dibawah mobil fan. Tembakan pun dihentikan.

“Aman..”kata Martin yang berada dibawah mobil.

Tapi tak lama kemudian mobil fan tersebut dijalankan.

“Sialll…”kata Martin.

Anggota Black-ear yang berada diatas kembali menembakinya lagi. Untung datang Pak Bandrio datang membawa pistolnya, satu tembakan bisa membunuh semua anggota Black-ear yang berada diatas jendela.

“Ya ampun…”kata Pak Bandrio heran dengan kehebatannya sendiri.

“Ayo cepat kejar mobil itu.”teriak Martin sambil berlari.

Martin langsung merubah sapu ajaib menjadi mobil sport keluaran BMW. Martin langsung menaikinya bersama Cu Wei sedangkan Pak Bandrio dan Surya mengendarai motor scorpio sendiri-sendiri.

“Persi dimana?”tanya Martin kepada Surya sambil menyetir mobilnya.

“Dia sudah ada di bandara Soekarno-Hatta.”jawab Martin,”Hati-hati mobilnya hanya tahan lima menit.”

“Oke, kalau gitu kalian yang mengejarnya, aku akan pergi kesuatu tempat.”kata Martin.

“Baiklah….”

Martin langsung membalikkan arah mobilnya, lalu dia kembali menuju markas Black-ear.

~~

Pak Bandrio dan Surya berhasil mendekati mobil fan yang mengangkut Matuka. Mereka berdua terus mengejarnya, kemudian tangan kirinya Pak Bandrio mengeluarkan pistol. Diarahkannya pistol itu kearah ban belakang mobil fan lalu ditembaknya. Tapi keberuntungan Pak Bandrio hanya sekali tadi, ban mobil fan yang ditembak malah ban depan motornya Surya yang kena. Surya barhenti dan motornya ditinggal begitu saja, lalu dia bonceng Pak Bandrio.

Mobil fan yang mereka kejar sudah tak terlihat,

“Kita ambil jalan pintas menuju bandara.”kata Pak Bandrio.

Pak Bandrio langsung membelokkan motornya ke gang-gang kecil, melewati kandang ayam, kuburan, sumur, nyangut dijemuran, dan masih banyak lagi. Kemudian sampai dijalan raya, mobil fannya pun terlihat lagi, mereka kembali mengejar mobil tersebut. Tangan kiri Pak Bandrio mengeluarkan pistolnya lagi.

“Pasti kena!”kata Pak Bandrio.

“Jangan pak, motor kita tinggal ini.”larang Surya.

Kemudian Pak Bandrio memasukkan pistolnya lagi.

Akhirnya mereka sampai di bandara, mobil fan tersebut berhenti di tempat parkir, lalu Pak Bandrio lari menuju mobil tersebut.

“Angkat tangan.”Kata Pak Bandrio sambil menodongkan pistolnya kepada Si-Sopir.

“Apa salah saya pak?”tanya sopir kaget sambil mengangkat tangannya.

“Jangan banyak omong, cepat keluar!”

Si-sopir langsung keluar sambil mengangkat tangannya.

“Mana Matuka?”tanya Pak Bandrio sambil memborgol si-sopir.

“Matuka??? Saya cuma bawa rombongan jamaah haji.”kata si-sopir.

Pak Bandrio lalu menengok kedalam mobil.

“Ya ampun…”kata Pak Bandrio setelah melihat dalam mobil yang dipenuhi orang bertasbih.

“Assallamu ‘alaikum……”sapa salah satu penumpang mobil fan.

“Wallaikum salam…..”jawab Pak Bandrio pelan.

Kemudian Surya yang ada diseberang jalan berteriak kepada Pak Bandrio,

“Pak… mobil fan-nya sudah ada didalam landasan terbang!!!”

Kemudian Pak Bandrio langsung lari bersama Surya meninggalkan para jamaah haji, tapi si-sopir melah mengejar Pak Bandrio.

“Pak Borgolnya belum dilepas….”teriak si-sopir sambil mengejar Pak Bandrio.

“Nanti saja, ini baru ada kasus besar…”

Pak Bandrio dan Surya langsung memasuki landasan terbang, lalu menghampiri mobil fan yang mengangkut Matuka. Setelah sampai ternyata mobil itu sudah kosong dan pesawat yang akan menerbangkan Matuka sudah siap terbang.

Pak Bandrio dan Surya langsung mendekati pesawat lokal yang akan segera lepas landas. Tapi sesampainya disana, Pak Bandrio dan Surya hanya jadi semut saja,

“Berhenti……”triak Pak Bandrio.

“Awas Ban depannya bocor….”teriak Martin

“Pak Pilot, anakmu nangis disini…..”triak Pak Bandrio.

Triakan Pak Bandrio tidak digubris oleh pilot, kemudian Surya mengganjal ban pesawat dengan batu bata, tapi tak memberi efek yang berlebih. Malah ban pesawat semakin cepat berputarnya. Mereka tidak bisa berbiat apa-apa, dan akhirya menyerah. Mereka berdua langsung tidur di landasan,

“Apa kita sudah sampai disini? Padahal tinggal sedikit lagi.”kata Pak Bandrio.

“Mungkin.”jawab Surya.

~~

Tiba-tiba terdengar suara sirine mobil polisi yang lumayan banyak. Mobil-mobil polisi yang jumlahnya kira-kira lima belas, memasuki landasan udara dengan barisan yang rapi. Kemudian mobil-mobil tersebut berhenti di ujung lintasan pasawat terbang dan membentuk benteng, untuk memberi isyarat supaya pesawat batal terbang.

Suara selipan ban pesawat terdengar keras, untungnya pesawat bisa berhenti tepat sebelum mobil-mobil Polisi berhenti. Kemudian mobil Polisi berjalan lagi untuk mengitari pesawat.

“Kalian sudah dikepung, segeralah menyerahkan diri!”kata pimpinan Polisi dengan sebuah microfon.

Pak Bandrio dan Surya kembali bangun, kemudian lari menuju pesawar tersebut. Sesampainya disana mereka melihat Persi yang berdiri menunggu kedatangan mereka.

“Kerja yang bagus Per.”kata Pak Bandrio kepada Persi.

Kemudian pintu pesawat dibuka, para Polisi langsung masuk kedalam pesawat untuk mencari Matuka dan Black-ear.

Tak lama kemudian pimpinan Polisi tersebut mendekati Pak Bandrio, Surya dan Persi.

“Ini kan yang kalian cari.”kata Polisi sambil membawa Matuka.

“Betul pak…”kata Pak Bandrio, Surya dan Persi, sambil mengambil Matuka dari tangan Polisi tersebut.

“Itu hak kalian, karena yang kami butuhkan adalah mafia Black-Earnya. Tapi kami tidak menemukan pimpinannya, kami hanya menemukan suruhannya saja.”kata pimpinan Polisi.

Tiba-tiba datang mobil Mazda RX-7 warna merah, lalu keluar Martin dan Cu Wei dari dalamnya.

“Jangan kawatir Pak, pemimpin Black-ear sudah kami tangkap.”kata Martin sambil mengkibaskan taxido miliknya.

“Dia ada didalam mobil.”kata Cu Wei.

Lalu Polisi menyeretnya keluar dan dimasukkan kedalam sebuah mobil bersama suruhannya yang tertangkap tadi.

“Kerja yang bagus teman-teman…..”kata pimpinan Polisi sambil hormat kepada kelima agen 0007.

“Sama-sama pak.”Agen 0007 membalas hormatnya.

Kemudian pimpinan Polisi mendekati Cu Wei,

“Bolehkah saya tau, tentang nona ini?”tanya pimpinan Polisi,”Kok seragamnya Black-ear.”

“Eeee…..”Pak Bandrio, Surya dan Persi tak bisa menjawab, sedangkan Cu Wei danya diam.

Kemudian Martin mencopot taxidonya lalu memakaikannya kebadan Cu Wei,

“Dia mata-mata kami pak.”kata Martin.

“Ya sudah, trima kasih….”kata Pimpinan Polisi sambil berjalan menuju mobil polisinya.

Kemudian para Polisi pergi dengan mobil polisinya, sedangkan kelima Agen 0007 bersama-sama mengangkat Matuka sambil teriak,

“KELINCII SEBESAR MARMUUT…..”

kembali ke daftar isi

Café khayalan (14)

kembali ke daftar isi

Martin megarahkan motornya ke Jakarta timur, pikirnya disitu ada kafe yang bagus dan murah, setengah jam mereka didalam mobil menikmati perjalanan sambil ngobrol,

“Kok jauh amat, mang ada di daerah mana?”tanya Cu Wei.

“Daerah Jakarta timur.”kata Martin.

Jakarta timur sudah lewat, sekarang ini Jakarta selatan.”

“Eeee….”Martin bingung cari alasan,”Tadi tutup café-nya, kita cari di Jakarta selatan saja”

Martin langsung cari-cari café didaereh Jakarta selatan, tapi tak satupun Martin temukan, karena sesungguhnya Martin gak tau apa itu café. Dia tau kata itu saat liat telefisi di asrama.

“Masih jauh ya?”tanya Cu Wei.

“Deket kok?”

“Daerah mana lagi Jakarta selatan.”

“Ih.. ini kan sudah sampai tangerang.”Cu Wei jengkel.

“Waduuh…”Martin bingung lagi,”Tadi di gusur, kita nikmati saja perjalanan ini.”

“Baiklah.”

Tak disangka nyari café sampai empat jam, dari Jakarta utara akhirnya sampai di daerah bekasi, dengan melewati Jakarta utara, Jakarta selatan, Tangerang.

“Nah ini café favoritku.”kata Martin sambil keluar untuk membukakan pintu Cu Wei.

Gleek.. Martin membuka pintu mobil dan Bruuuk…. Cu Wei terjatuh dari mobil karena dia sedang tidur bersandar pintu.

“Waduuuh…”kata Martin.

“Kamu sengaja ya!!”bentak Cu Wei sambil berusaha berdiri.

~~

Setelah itu mereka memasuki café tersebut sambil menenteng kunci tengkorak. Mereda dapat perhatian yang luar biasa dari para tamu karena gantungan kunci tersebut, malah ada yang pingsan seketika. Kemudian Mereka mendapat tempat duduk di tengah ruangan, karena semuanya sudah penuh. Tak lama pelayan datang untuk menawarkan hidangannya.

“Mau pesan apa?’kata pelayan.

“Kamu mau apa Wei?”tanya Martin karena tak tau apa yang harus dipesan sambil menaruh kunci tengkorak diatas meja.

Pelayan yang melihat gantungan tersebut menjadi ngeri dan ngira kalau Martin dan Cu Wei adalah pembunuh bayaran.

“Cappucino dengan sedikit taburan Choco granule.”kata Cu Wei.

“Sama dong kita, aku juga biasanya pesan Sapu cino dengan sedikit taburan Bakso grandul.”kata Martin.

Pelayan dan Cu Wei tertawa, sekaligus ngrubah perkiraan pelayan dari pembunuh bayaran menjadi actor comedian.

“Kenapa?”tanya Martin.

“Maaf, Itu gak ada mas.”kata pelayan sambil tertawa kecil.

“Payah, café sebesar dan serame ini masak gak komplit, kalau gitu aku pesan Es teh saja.”kata Martin.

“Tambah apa lagi?”tanya pelayan.

“Bistik.”kata Cu Wei.

“Biscuit.”kata Martin yang ngikutin Cu Wei tapi kepleset dikit,”Dah itu saja.”

Kemudian Pelayan pergi untuk mengambil pesanan, sedangkan Cu Wei masih tertawa kecil didepannya.

“Kenapa Wei?”tanya Martin.

“Ni café, bukan tenda biru Mas.”kata Cu Wei.

Hidangan pun datang, dan diletakkan didepan mereka.

“Wah kelihatannya enak nih…”kata Cu Wei sambil mengambil pisau dan garpu.

“Wah kelihatannya dasyat nih…”kata Martin gembira setelah melihat hidangannya yang hanya es teh dan sepiring biscuit kelapa, padahal dalam hatinya kecewa karena hidangannya tak sama dengan Cu Wei.

Cu Wei menyantap hidangannya dengan penuh kenikmatan sedangkan Martin makan satu biscuit menghabiskan waktu lima menit. Disaat asik makan Martin bertanya kepada Cu Wei,

“Kenapa kamu mau kencan sama aku?”

Cu Wei meletakkan garpu dan pisaunya sambil tetep mengunyah daging bistik yang masih ada di mulutnya,

“Aku suka kamu,…” kata Cu Wei sambil menatap mata Martin.

“Suka?, .. kenapa?”

“Karena kamu itu lucu dan aneh, baru pertama aku menemui cowo’ sepertimu.”

“Trima kasih,..”Martin tersenyum malu,”Apakah suka sama dengan cinta?”

“Ya beda, tapi dikit…”

Martin menunduk, dia kecewa karena Cu Wei hanya suka saja. Tetapi dalam hatinya merasa senang karena masih ada harapan.

Enam biscuit habis atau setengah jam berlalu, Cu Wei telah menghabiskan makanannya tanpa sisa sedangkan Martin masih banyak. Kemudian Martin memanggil pelayan untuk membayar makanan.

“Semuanya berapa?”

“Seratus lima puluh lima ribu seratus ratus lima puluh lima rupiah.”kata pelayan sambil menyerahkan nota.

“Bentar ya…”Martin merogoh kantongannya,

Satu biscuit,

Dua biscuit,

Sampai tiga biscuit Martin masih merogoh kantongannya,

Ada apa?”tanya Cu Wei pelan.

“Uangnya ketinggalan.”kata Martin sambil menunjukan dompetnya yang kosong.

“Uang ketinggalan atau gak punya duit.”kata Cu Wei,”Terus gimana ini, aku juga belum bayaran.”Cu Wei panic.

“Tenang aku bawa sesuatu yang paling berharga.”kata Martin menenangkan Cu Wei.

“Apa?”

Martin merogoh kantongannya lagi, lalu mengeluarkan sesuatu,

“Jrenggg….”Martin memberi kejutan,”Spon cuci dan sebungkus Sunlight.”

“Maksud lo…”Cu Wei heran.

“Kita akan cuci piring ria.”Martin semangat.

Cu Wei yang baru pertama kali mengalami hal kayak gitu menjadi sedikit syok. Kemudian Martin memberi tahukan apa yang terjadi kepada pelayan tersebut.

“Sebagai hukumannya kami mau cuci semua piring yang ada disini.”Martin menawarkan jasanya sedangkan Persi memegangi kepalanya yang terasa mau pecah.

“Maaf, di kafe kami hukumannya tidak begitu.”

“Lalu?”Martin panic, spon dan sabun cucinya mubadzir sedangkan Cu Wei semakin erat memegangi kepalanya.

“Satpaaam!!!”teriak pelayan tersebut.

Martin dan Cu Wei diseret menuju suatu ruang oleh satpam. Ruangan yang kosong dan sempit didalamnya hanya ada satu bangku dan satu kursi. Lalu mereka didudukkan disebuah bangku, kemudian satpam yang menyeretnya pergi keluar dari ruangan tersebut.

Cu Wei terlihat sangat takut sedangkan Martin enjoy-enjoy saja, mungkin Martin sudah sering gak bayar kayak gini.

“Jangan takut, ni memang cobaan hidup.”kata Martin untuk menenangkan Cu Wei.

“Cobaan Kepalalo…”Cu Wei marah dengan kaki yang gemetar,”Ni jelas-jelas karena salah lo…”

“Kalau gitu kita nikmatin saja, toh kan pasti juga berlalu.”kata Martin,”Ni pelajaran bagi hidup kita.”

“Ok…. Aku akan coba untuk menikmatinya.”kata Cu Wei sambil menarik napas dalam-dalam. Kemudian Cu Wei sudah tidak terlihat takut lagi.

“Nah gitu dong, itu baru Cu Wei.”kata Martin.

~~

Tak lama kemudian masuklah satu orang memakai jas warna putih dan satu satpam. Kemudian orang tersebut duduk dikursi sedangkan satpam berdiri disampingnya sambil memegangi tongkat.

“Nama kalian siapa?”kata jas putih sambil membawa buku kecil untuk mencatat.

“Martin.”

“Nama yang keren.”kata jas putih sambil mencatat,”Panjangnya?”

“Paijo Dwimartini.”kata Martin malu.

“Kok kampungan…”ejek jas putih,”Lalu kamu Neng?”

“Cu Wei Kwok.”sambil memegang erat tangan Martin.

Setelah menanyai nama tersebut, satpam kembali menyeret mereka berdua keluar dari ruangan.

“Kita mau dibawa kemana?”tanya Cu Wei kepada satpam.

“Kalian akan kami bawa ke halaman belakang.”

Setelah sampai dihalaman belakang mereka berdua dikunci kedalam sel tahanan yang mirip dipenjara. Arah depan tampak jeruji sedangkan samping, belakang, atas dan bawah tembok. Ditembok-tembok banyak sekali oret-oretan yang menunjukan bahwa sel ini sudah banyak dihuni oleh orang-orang yang uangnya ketinggalan.

“Kalian akan dikeluarkan sampai ada dari pihak kalian yang melunasi semua tagihan.”kata satpam.

“Lalu gimana cara memberitahukannya?”tanya Martin sambil memegagi jeruji tahanan.

“Di telpun.”kata satpam lalu pergi meninggalkan mereka.

Martin langsung mengambil Hpnya lalu menelpun Surya. Setelah tersembung Martin menyuruh Surya untuk menjemputnya sambil membawa uang duaratus ribu rupiah.

~~

Hari sudah sore dan menjelang malam, Cu Wei dari tadi duduk termenung dipojok sedangkan Martin mondar –mandir didepan Cu Wei.

“Tin…”kata Cu Wei.

“Apa?”Martin berhenti lalu melihat Cu Wei yang duduk dipojok.

Tiba-tiba Cu Wei berdiri dan mendekati Martin lalu memeluknya dengan erat.

“Aku takut…”kata Cu Wei yang semakin erat dekapannya.

“Tenang aku akan selalu menjagamu.”kata Martin sambil membelai rambut Cu Wei.

“Sungguh..”Cu Wei merenggangkan pelukkanya lalu menatap wajah Martin.

“Sungguh, aku berani bersumpah…’

Tak disangka Cu Wei langsung melumat bibir Martin, pelukannya pun semakin kencang. Martin mengimbanginya dengan ikut melumat bibir Cu Wei. Kemudian mereka berpelukan kembali.

“Aku merasa tenang bersamamu.”kata Cu Wei.

“Aku juga..”kata Martin sambil membelai kembali rambut Cu Wei.

Kemudian mereka berdua duduk dipojok sel, berdekatan, lalu Cu Wei menyandarkan kepalanya di pundak Martin.

“Walau aku akan dipenjara dipenjara seumur hidup, aku akan rela asalkan bersamamu.”kata Martin.

“Ahh.. Gombal..”kata Cu Wei.

Martin kambali membelai rambut Cu Wei, lalu terdiam sesaat,

“Bolehkah aku bertanya kepadamu?”

“Tentang apa?”

Martin terdiam, keriang dingin pun keluar,

“Mau kah kau mendampingiku?

Sebelum Cu Wei menjawab pertanyaan tersebut, Surya datang bersama satpam, lalu membukakan kunci pintu sel tersebut.

“Kalian sudah bebas.”kata satpam.

Kemudian mereka semua berjalan menuju tempat parkir. Setelah sampai Martin lalu mengembalikan kunci mobil milik Cu Wei sambil berkata,

“Jawabanmu akan ku tunggu setiap saat.”

Kemudian Martin dan Surya menaiki motornya sedangkan Cu Wei menaiki mobilnya seorang diri. Sebelum mereka berpisah jauh Martin meneriaakkan sesuatu kepada Cu Wei.

“INGATT AGEEEN 0007….”

“OOOKEEE…..”jawab Cu Wei sambil menggeber mobilnya.

kembali ke daftar isi

Bau Toilet (13)

kembali ke daftar isi

Mereka berempat kembali ke pasar rebo sekitar jam delapan malam, setelah selesai menyelesaikan beberapa masalah kecil, seperti membawa Pak Bandrio ke panti pijat, mengambil STNK di warung mie ayam, mengambil 2 motor di ancol dan menjaitkan baju-baju mereka yang sobek.

Jam sembilan malam mereka istirahat dikamarnya masing-masing.

Pagi kelima, kurang satu hari lagi Matuka diterbangkan ke Cina. Mereka berkumpul di ruang tamu.

“Gimana ini, tinggal satu hari lagi.”kat Pak Bandrio.

“Kami juga tidak tau pak.”kata yang lain.

Mereka semua terdiam.

“Saya akan memberitaukan sesuatu penting yang belum kalian ketaui.”kata Pak Bandrio pelan.

“Apa?”kata yang lain.

“Sesungguhnya kalau kita gagal dalam misi ini kita akan dipenjara, sedangkan kalau kita berhasil kita akan naik pangkat.”kata Pak Bandrio.

Surya, Martin da Persi terkejut.

“Kenapa pak?”tanya Persi.

“Karena jika kita gagal, kita dituduh membantu Black-ear untuk kabur, dan itu sudah saya setujui.”kata Pak Bandrio,”Maaf, saya tidak memberitaukan ini sebelumnya karena takut nanti kalian tidak jadi membantuku.”

“Sudah lah, lagi pula kita semua sudah terlibat, jadi sekarang kita lebih serius lagi untuk mencari Matuka!”seru Persi.

Mereka terdiam dan berpikir sejenak, kemudian Martin berdiri dan berjalan menuju kamarnya.

“Mau kemana Tin?”tanya Persi.

“Mau ambil sesuatu.”

Kemudian Martin datang membawa sapu dan buku ajaib dari Mbah Kastro dulu, lalu diletakkan diatas meja.

“Mungkin alat ini bisa membantu kita.’kata Martin.

Semua memperhatikan sapu dan buku ajaib, lalu Pak Bandrio mengambil sapu tersebut.

“Kita telah mengetahui fungsi dan cara menggunakan alat ini.”kata Pak Bandrio, lalu meletakkan sapu ajaib dan mengambil buku ajaib,”Lalu kalau benda ini kita belum tau gunanya dan kita belum pernah menggunakannya.”

“Coba pinjam Pak.”kata Persi sambil mengambil buku ajaib dari tangan Pak Bandrio.

Persi membolak-balik buku tersebut, buku warna coklat yang usang dengan tulisan di sampulnya, Dalemipun Sinten?.

“Maksutnya apa tulisan ini?”tanya Persi.

“Maksudnya, rumahnya siapa.”jawab Martin dan Surya, ternyata tak rugi juga ada orang yang bisa bahasa jawa.

Persi lalu membuka buku tersebut, yang dia lihat hanya lembaran kosong yang usang. Persi berpikir sejenak lalu berkata sesuatu.

“Tahu rumah atau sarangnya Black-ear?”kata Persi sambil menatap buku tersebut.

Setelah diamati beberapa menit ternyata tidak ada perubahan.

“Coba pakai bahasa jawa.”kata Surya.

“Ngertos dalemipun Black-ear?”kata Persi, bagaimanapun juga Persi sudah tiga tahun di jawa jadi sedikit mengetahuinya.

Tiba-tiba dikertas yang kosong muncul tulisan dengan aksara jawa.

“Ini artinya apa? Saya belum begitu menguasai tulisan kayak gini.”kata Persi sambil meletakkan diatas meja supaya yang lain bisa melihatnya.

“Jalan hitam no 19, kampung Warna, Koja, Jakarta Utara.”kata Pak Bandrio, Surya dan Martin.

Mengetahui hal tersebut mereka berempat langsung berdiri.

“Ayo kita kesana!!”kata Pak Bandrio.

“Siap pak…!”seru yang lain.

Mereka langsung mengambil taxido mereka masing-masing dan keluar rumah membawa dua scorpio. Buku dan sapu ajaib mereka ditinggal dirumah karena takut hilang.

Kurang dari setengah jam mereka smpai di kecamatan Koja. Lalu mereka mencari yang namanya kampong Warna. Setelah muter-muter dan tanya-tanya akhirnya mereka menemukan kampong Warna yang terletaknya di Koja paling Utara, sehingga dekat dengan bibir pantai.

~~

“Jalan hitam no 19.”kata Persi sambil melihat sebuah rumah besar yang pagarnya dipenuhi dengan tumbuhan merambat, pagar yang terbuat dari tembok itu seperti sudah tak kokoh lagi. Rumahnya pun tergolong mewah, tetapi seperti bangunan yang tak ada penghuninya, kotor dan tak terawat.

Setelah melihat rumah tersebut, mereka berempat langsung memarkirkan kendaraan disamping pagar lalu duduk untuk menyusun rencana.

“Apa kalian punya ide untuk memasuki rumah ini?”kata Pak Bandrio.

“Bagaimana kalau lewat belakang rumah.”kata Surya.

“Kalau gitu kita lihat dulu bagian belakang rumahnya.”

Mereka berempat berjalan menuju belakang rumah, disana mereka melihat sebuah lobang dipagar yang lumayan besar, mungkin lobang itu akibat pagarnya sudah rapuh.

“Kita masuk lewat lubang itu.”kata pak Pak Bandrio.

Mereka berempat masuk ke halaman belakang rumah. Terlihat pintu belakang rumah yang terbuka lebar. Mereka segera menuju kesana, lalu memasukinya.

“Kok sepi gak ada orang.”kata Persi sambil berjalan mengendap-nendap masuk kedalam rumah bersama tim-nya.

“Iya sepi…”kata Surya.

Tiba-tiba Martin yang ada dibarisan belakang berkata dengan keras.

ADA ORANG GAK DISINI?”

Pak Bandrio langsung menyekap mulut Martin lalu menyeretnya kesebuah ruangan kosong, diikuti Persi dan Surya.

Gara-gara teriakan Martin, suara langkah kaki terdengar keras dan mendekat. Langkah kaki tersebut berhenti pintu belakang rumah. Pak Bandrio dan yang lain masih sembunyi diruangan samping pintu tersebut, berharap mereka tidak menemukan mereka. Diruangan tersebut Pak Bandrio dapat mendengar percakapan dari dua anggota Black-ear yang berada di pintu belakang tadi.

”Siapa yang membuka pintu belakang ini?”tanya anggota satu.

“Maap, tadi saya kencing diluar pintu dan lupa menutup pintunya kembali.”jawab anggota kedua sambil menutup dan mengunci pintu belakang.

“Lantas siapa yang teriak tadi?”tanya anggota satu.

“Saya tidak tau, mungkin kucing tetangga.”kata anggota kedua.

“Ya sudah, kita kembali saja keatas, soalnya rapat segera dimulai.”kata anggota satu, sambil pergi meninggalkan tempat itu.

Pak Bandrio dan yang lain segera keluar dari persembunyian, lalu mengikuti dua orang tadi.

“Jangan kamu ulangi perbuatanmu itu ya.”kata Pak Bandrio pelan kepada Martin sambil berjalan mengendap-ngendap.

“Baik pak…”

Mereka berjalan terus melewati ruang-ruang yang kosong, kemudian mereka menemui sebuah tangga dari bamboo disudut rumah. Mereka langsung menaikinya, setelah sampai dilantai dua mereka semua heran, ternyata dilantai dua lebih bersih dan terawatt seperti gedung pertemuaan kelas elit, beda dengan lantai pertama yang kosong, kotor, banyak sarang laba-laba.

“Kok sepi ya Pak?”tanya Surya.

“Mungkin semua sedang rapat.”kata Pak Bandrio.

Mereka berempat langsung berpencar untuk menemukan tempat rapat. Tak lama kemudian Persi berhasil menemukan tempat rapat tersebut lalu memanggil Pak Bandrio, Surya dan Martin.

Mereka langsung mendekati pintu ruangan yang digunakan untuk rapat. Mereka tak bisa melihat kegiatan rapat tersebut karena pintunya dikunci dari dalam. Mereka berempat hanya bisa mendengarkan saja.

Dari hasil pendengaran mereka mendapatkan informasi kalau Matuka akan diterbangkan dari bandara Atangsanjaya Bogor menuju Cina sekitar jam empat sore dengan pesawat lokal.

Setelah merasa cukup informasinya, Pak Bandrio memberanikan untuk mendobrak pintu tersebut lalu menodongkan pistol kepada anggota rapat.

“Nak, kalian yang mendobrak nanti aku yang masuk lalu menodongkan pistol mereka.”kata Pak Bandrio.

“Gak papa itu pak?”kata Persi,”Apa tidak terlalu bahaya, keahlian menembak bapak itu sangat buruk”

“Gak usah takut paling yang ada didalam cuma tiga sampai lima orang, pakai satu peluru saja itu sudah cukup.”kata Pak Bandrio.

“Baiklah kalau gitu, kami akan mendobraknya.”kata Surya dan Martin.

“Saya hitung ya….”kata Pak Bandrio sambil menyiapkan pistolnya,”Satu…. Dua…. Tigaaa…. Dobrakkk…!”

Bruuuakkk… suara pintu yang didobrak oleh Surya dan Martin. Pinti terbuka lebar, Pak Bandrio langsung masuk dan menodongkan pistol.

“ANGKAT TANGAN….. AGEN RAHASIA 0007…”teriak Pak Bandrio.

Perkiraan Pak Bandrio meleset, jumlah peserta rapat mencapai lima puluhan, dan duduk melingkar disebuah meja bundar yang besar dan Matuka berada ditengahnya. Para peserta rapat hanya melihat Pak Bandrio dan tidak mengangkat tangan mereka.

Kemudian semua anggota rapat mengeluarkan pistol dan diarahkan ke arah Pak Bandrio. Kejadian itu sangat tak disangka oleh Pak Bandrio.

“Waduuuh….!”kata Pak Bandrio pelan.

Surya, Martin dan Persi lalu mengintip dari balik pintu. Lima puluh lebih pistol siap tembak mengarah kemereka.

“Waduuuh…”kata Martin.

“Lariiiiiiii………”teriak Pak Bandrio, Surya, dan Persi.

Pemimpin Black-ear yang masih berada didalam ruangan rapat langsung melompat keatas meja.

“Tangkap dan Bunuh orang itu.”teriak pimpinan Black-ear.

Para peserta rapat langsung mengejar Agen KSM. Dooor… doorrrr…. doooorrrr… suara tembakan tedengar keras dan membabibuta.

Pak Bandrio, Surya dan Persi lari menuju tangga bamboo, lalu keluar lewat pintu belakang, tetapi karena saking paniknya Martin terpisah dari kelompoknya. Martin lari kearah kamar mandi, lalu masuk untuk sembunyi. Malang juga nasibnya, ternyata dikamar mandi tersebut ada seorang cewek yang sedang duduk diatas closed. Seketika cewe’ tersebut teriak sambil menaikkan rok mininya, lalu Martin langsung memeluk dan membungkam mulutnya.

“Stuuuttttt….”Martin menyuruh cewe’ itu diam.

Untungnya cewe’ tersebut nurut dengan Martin, Martin heran kenapa dia bisa nurut, lalu dia menatap wajahnya.

“Alamak… pingsan…..”Martin kaget melihat cewe’ tersebut padahal cuma dipeluk dan disekap mulutnya. Mungkin ada satu kesalahan fatal yang dilakukun Martin, yaitu dengan menjepit kepala cewe’ tersebut diketiak.

Kemudian Martin mendudukan cewe’ tersebut disamping closed lalu melihat wajah si-Cewe’ itu.

“Cantik banget ya…”

Martin memandangi wajah cewe’ itu terus, dan sesekali membelai rambutnya, jantungnya berdebar keras seolah menemukan sesuatu yang hilang dari dirinya. Lalu semua itu rusak saat ada sesuatu yang mengganggunya.

“Kok, bau tai’…”kata Martin pelan, lalu menengok lubang closed yang ada disampingnya.

“Ihh… BeoL gak disiram….”Martin jijik,”Tainya besar-besar lagi.”

Dari lubang closed tersebut Martin mendapatkan ide untuk menyadarkan cewe’ tersebut. Dia mencoba memasukkan kepala cewe’ kedalam lubang closed yang penuh dengan tai. Sebelum nyampe ke lobang, cewe’ tersebut tersadar lalu teriak.

“Buau Buaangeet…”sambil meronta berdiri.

“Berhasil….”kata Martin sambil menyiram closed.

Cewe’ tersebut langsung melirik wajah Martin.

“Setaaaannn….”

“Sialan…. “Martin kecewa,”Aku Ini orang sungguhan.”

“Setan Sungguhaann….”cewe’ tadi semakin takut.

Lalu Cewe’ tersebut terdiam dan melihat wajah Martin untuk memastikan, kemudian dia menanyakan kenapa Martin bisa masuk kedalam kamar mandi ini, lalu Martin menceritakan semuanya tanpa ditambahi, tapi kalau dikurangi itu sudah pasti, karena ingatannya sebesar upil.

“Jadi kamu ngelihat anu ku?”Cewe’ tedi sedikit marah.

“Enggak,”Jawab Martin pelan.

“Sungguh?”Cewe’ tersebut memastikan,”Berarti aku masih perawan.”

“Dikit…”kata Martin semakin pelan.

Cewe’ tersebut langsung memukuli Martin sambil marah-marah. Tiba-tiba ada suara dari luar kamar mandi.

“Siapa didalam?”

“Saya Pak, Cu Wei…”kata Cewek tersebut dari dalam kamar mandi.

“Ya sudah…”kata orang dari luar kamar mandi lalu pergi meninggalkan kamar mandi tersebut..

Cewe’ keturunan cina, putih, sipit, dengan rambut lurus hitam panjang, memakai blazer hitam, dan yang gak kuat sama bau ketiaknya Martin, ternyata namanya Cu Wei.

Martin heran mengapa Cu Wei mau menolongnya, padahal dia adalah anggota dari Black-ear, sedangkan sekarang anggota Black-ear yang lain sedang sibuk mencari Martin dan kawan-kawan, tetapi Cu Wei malah melindunginya.

“Kenapa kamu menolong aku, padahal kitakan saling bertolak belakang.”kata Martin kepada Cu Wei.

“Aku pengen sekali-kali berbuat baik.”Cu Wei tersenyum,”Lagi pula aku sudah bosan menjadi mafia, banyak dosa dan resikonya”

Cu Wei lalu duduk jongkok disamping closed, kemudian Martin ikut duduk jongkok disamping Cu Wei.

“Aku pengen berubah.”kata Cu Wei penuh penyesalan.

“Kalau gitu ikut aku saja, dijamin bahagia dunia akhirat.”kata Martin.

“Maksud lo?”

“Jadi Istriku.”kata Martin sambil tersenyum.

“Tambah banyak dosaku.”

Martin berdiri lalu mengambil lencana Agen 0007 yang ada disaku taxidonya.

“Agen Rahasia 0007.”kata Martin sambil menunjukan ke Cu Wei,”Gimana kalau kamu bergabung bersama kami!”

“Nama yang aneh, kayakn James Bond tapi banyakan enolnya…”Cu Wei berdiri,”Apakah bisa aku bergabung?”

“Bisa…”jelas Martin,”Tugas kamu tinggal memberi kabar kepada kami tentang perkembangan Black-ear.”

Cu Wei terdiam, seolah memikirkan sesuatu.

“Baiklah, aku ikut kamu.”kata Cu Wei gembira.

“Selamat bergabung di Agen Rahasia 0007, Cu Wei.”kata Martin sambil menyalami Cu Wei dan memberikan lencana agen 0007 miliknya kepada Cu Wei.

“Trima kasih, aku akan berusaha sebaik mungkin.”

Kemudian mereka berdua bertukaran nomor handphone untuk berkomunikasi. Setelah itu, Martin meminta Cu Wei untuk mengeluarkannya dari rumah ini.

~~

Tak sulit bagi Cu Wei untuk mengeluarkan Martin,. itu karena Cu Wei adalah sekertaris pribadi pimpinan Black-ear ditambah semua anggota sudah tak ada di dalam rumah karena pergi mencari Agen 0007. Setelah sampai diluar, Martin mengajak Cu Wei untuk pergi kesuatu tempat.

“Mau ku ajak ke Café favoritku?’kata Martin yang sok gaya.

“Dimana itu?”

“Eeee…”Martin berfikir, karena dia belum pernah ke café,”Pokoknya ikuti saja aku.”

“Baik lah, aku juga sudah jarang ke tempat kayak gitu.”

Kemudian Martin dan Cu Wei berjalan menuju tempat dimana dia memarkirkan motor tadi, setelah sampai ternyata tak ada satu pun motor disitu.

“Waduh, motornya gak ada?”kata Martin.

“Lalu gimana?”tanya Cu Wei.

“Kamu ada kendaraan g?”kata Martin malu-malu.

“Huu, gak modal…”sorak Cu Wei,”Kamu tunggu disini aku ambilkan dulu.”

Kemudian Cu Wei pergi meninggalkan Martin untuk mengambil kendaraannya. Lalu disaat Martin sendiri, Hp-nya berbunyi,

“Hallo….”

“Tin, kamu masih hidup to?”suara dari Hp.

“Masih, menghina amat lo…”teriak Martin,”Siapa to kamu itu?”

“Aku Surya, kami bertiga sudah sampai di asrama. Kedua motor sudah kami bawa, nanti kamu pulang naik ojek saja ya?”

“Oke… nanti aku pulang telat, karena aku mau Leha-leha dulu.”kata Martin,”Aku akan bawa kejutan untuk kalian semua.”kemudian Martin menutup telpunnya.

Tak lama dari Martin menutup telpun datanglah mobil Mazda RX-7 warna merah metalik berhenti didepan Martin. Lalu Cu Wei keluar dari dalam mobil tersebut. Dia menghampiri Martin lalu menyerahkan kunci mobil dengan gantungan kuncinya tengkorak bayi manusia asli.

“Nih, kamu yang bawa, kamu kan cowo’.”kata Cu Wei sambil menyerahkan kunci.

“Waduh… kok mengerikan kayak gini?”kata Martin setelah melihan gantungan kuncinya.

“Gak usah banyak protes ayo cepat pergi, nanti keburu anggota Black-ear datang lagi.”

Lalu Martin membukakan pintu Cu Wei.

“Silahkan Putri..”kata Martin sok romantis.

“Terima kasih…”

Kemudian mereka segera pergi menuju kafe kayalannya Martin.


kembali ke daftar isi

Kau lari, daku kejar (12)

kembali ke daftar isi

Agen 0007 keliling Jakarta, kelompok Anjing dan Kucing masih digunakan. Persi yang kemarin duduknya jaga jarak sekarang sudah berani mendekat dan berpegangan dipinggang Surya. Mereka berjalan berdampingan dengan kecepatan 40 km/jam.

“Tin pegangan yang erat!”perintah Pak Bandrio kepada Martin untuk mengejekKucing,”Kita akan lepas landas.”

“Siap pak…”kata Martin sambil merangkul erat tubuh pak bandrio

Persi tertawa melihat tingkah Anjing, dia tak nyangka kalau rekan kerjanya homo. Anjing dan Kucing keliling Jakarta sampai jam tiga sore, dari anggota Agen 0007 yang masih ingat jalan hanya Persi. Kemudian mereka menuju ke pantai ancol untuk refresing. Seperti biasa mereka memarkirkan motor di tepi pantai.

Surya dan Persi turun dari motornya lalu duduk di bebatuan pinggir pantai, sedangkan Martin dan Pak Bandrio tetap duduk diatas motornya.

“Wah indah banget ya….”kagum Martin.

“Memang benar-benar indah…..”kata Pak Bandrio sambil menghirup udara.

Martin sangat senang karena baru pertama kali lihat pantai,

“Boleh gak aku tanya sesuatu?”

“Apa?”

“Dari pertama tadi aku heran sama air laut ini.”

“Memangnya kenapa?”

“Kok banyak busanya sih, memangnya yang nyuci baju siapa?”

~~

Hampir setengah jam mereka nangkring dan nongkrong di pantai ancol, kemudian mereka akan kembali pulang ke Pasar Rebo. Motor pun di starter, gas mulai di putar, tapi sebelum motor berjalan kencang Persi dikejutkan oleh sesuatu.

“Stoooooppp…..”teriak Persi. Seketika Surya dan Pak Bandrio menghentikan motornya

Ada apa?”Surya menoleh ke Persi.

“Aku liat Matuka!”jawab Persi.

“Dimana?”tanya pak Pak Bandrio.

“Didalam tas orang itu?”kata Persi sambil menunjuk seseorang yang berada diatas jetsky,”Saya melihatnya saat metuka akan dimasukan kedalam tas itu.”

Motor kembali diparkirkan dan mereka berempat lari menuju orang tersebut sebelum jetskynya berjalan. Tapi saat kurang lebih sepuluh meter dari jarak orang tersebut, jetsky yang ditungganginya dijalankan. Supaya tidak ketinggalan Agen 0007 langsung lari menuju penyewaan jetsky. Dipenyewaan hanya tinggal satu jetsky.

“Agen Rahasia 0007.”kata Pak Bandrio sambil menunjukkan sebuah lencana kepada pemilik penyewaan,”Kami memerlukan jetsky anda untuk tugas.”


Pemilik penyewaan hanya diam melongo, tapi Pak Bandrio langsung menaiki jetsky.

“Siapa yang mau ikut.”kata Pak Bandrio,”Yang penting bisa berenag.”

Martin dan Surya terdiam lalu mundur satu langkah, sehingga Persi menjadi yang terdepan.

“Ayo Persi, cepat naik keburu jauh orangnya.”teriak Pak Bandrio. Persi pun berlari menuju jetsky yang ditunggangi Pak Bandrio.

“Ayo pak..”kata Persi sambil berpegangan Pak Bandrio.

“Bentar…”Pak Bandrio terdiam.

“Kenapa pak? Keburu jauh orangnya..”

“Cara menghidupkan dan menjalankannya gimana?”kata Pak Bandrio diatas jetsky yang berhenti.

“Waduuuh…”kata Martin dan Surya ditepi pantai.

“Payah…”kata Persi.

Persi langsung pindah kedepan untuk mengemudikannya, jetsky dinyalakan dan langsung cabut dengan kencangnya. Pak Bandrio yang bonceng dibelakang langsung pegangan erat tubuh Persi.

“Assiiiikkkkk…….!!”teriak Pak Bandrio sambil menambah erat pegangannya ditubuh Persi.

“Kuraaang aaajarrr….’teriak Surya sambil melempari Pak Bandrio dengan sebutir batu, walaupun itu juga tidak kena.

Jetsky yang dikendarai Persi melaju dengan kencang sehingga tak lama kemudian bisa menyusul orang tersebut. Karena merasa diikuti, orang tersebut langsung menambah kecepatan jetsky-nya. Kejar-kejaran pun tak bisa dielakkan. Kemudian Pak Bandrio mengeluarkan pistol dari dalam texido-nya.

“Jangaann bergeraaak….”teriak Pak Bandrio.

Karena tak ada gubrisan Pak Bandrio langsung mengarahkan pistolnya kearah orang tersebut. Lima tembakan diluncurkan, tapi hanya dapat menyobek sedikit tas milik orang tersebut. Matuka yang ada ditas tersebut dapat terlihat walaupun sedikit.

“Yessss…….”teriak lagi Pak Bandrio.

“Huuuu…..”ejek Persi.

Pak Bandrio berpikir kemana tujuan orang tersebut yang memacu jetskynya ke timur. Tanpa berpikir panjang, Pak Bandrio mengambil handphone lalu menelpon Surya.

“Sur, cepat kalian bergerak ke palabuhan tanjung priuk dengan motor kita.”kata Pak Bandrio kepada Surya.

“Siap pak…”

Surya dan Martin langsung lari menuju motornya lalu menaikinya. Mereka menaiki motor sendiri-sendiri.

“Kuncinya mana?”tanya Martin diatas motor.

“Aku tidak bawa.”kata Surya sambil merogoh-rogoh saku.

“Lalu?”

Karena tak ada yang bawa kunci mereka berdua langsung lari menuju jalan raya berharap ada pak pos yang dapat mengirim mereka ke tanjung priok. Lama menunggu pak pos tak kunjung datang, padahal mereka sudah membeli perangko dan ditempelkan di jidatnya. Akhirnya mereka menghampiri sebuah motor GL-Pro yang berhenti di pinggir jalan.

“Agen Rahasia 0007.”kata Surya sambil menunjukan lencana agen 0007,”Motor ini akan kami pakai untuk tugas.”kata Surya.

“Silahkan pak….”kata pemilik GL-pro.

“Bensinnya cukup to ke tanjung priok?”tanya Martin.

“Cukup, tadi saya Full tank.”

“Bagus…”kata Surya dan Martin lalu menaiki motor tersebut.

Surya yang ada di depan lansung menginjak kick starternya, suara motor nyaring didengar, gigi dimasukkan lalu di gas, tapi motor tak bergerak.

“Kok tak jalan?”tanya Surya kepada pemilik motor.

“Maaf, rantainya putus…”kata sipemilik sambil menunjukan rantai motor yang ada di tangan kanannya.

Tanpa basa-basi mereka berdua langsung cabut, lalu menghentikan bajaj.

“Pak tanjung priok,… cepat.”kata Surya.

~~

Bajaj melaju lumayan kencang menuju tanjung priok, tak lama mereka telah sampai disana.

“Tunggu disini ya pak.”kata Surya,”nanti kami kesini lagi.”

Surya dan Martin lari menuju tepi pantai, lalu menelpun Pak Bandrio.

“Kami sudah sampai di tanjung priuk pak.”kata Surya.

“Tunggu disitu, kami akan segera sampai bersama tersangka.”kata Pak Bandrio.

Setengah jam menunggu tak ada tanda-tanda dari Pak Bandrio. Karena bosan mereka berdua berjalan mencari warung mie ayam.

“Pak mie ayam sama es teh dua.”kata Martin kepada penjual mie ayam yang ada disekitar pelabuhan. Tak lama kemudian dua mie ayam telah berada didepan mereka, baru mau melahap satu sendok terdengar suara gaduh.

“Maliiiiiing…..maliiiing……..”

Martin dan Surya langsung keluar dari warung untuk melihat apa yang terjadi, mie ayam yang mereka pesan ditinggal begitu saja. Saat mereka keluar terlihat orang berkejar-kejaran, mengejar orang yang membawa tas berisi Matuka dan salah seorang yang mengejarnya adalah Pak Bandrio dengan Persi. Kemudian Surya dan Martin ikut mengejar tanpa memperdulikan mie ayam yang mereka pesan.

Karana merasa belum menerima bayaran mie ayam dari Surya dan Martin, sipenjual mie ayam langsung lari mengejar Surya dan Martin sambil membawa tongkat base ball.

“Heee… bayarr dulu…!!”teriak sipenjual mie ayam, sehingga di tanjung priuk sekarang terjadi lari masal terbesar di Indonesia, yaitu sipenjual mi mengejar Surya dan Martin, Surya dan mertin mengejar Pak Bandrio dan Persi, dan yang terakhir Pak Bandrio dan Persi mengejar penculik Matuka bersama warga sekitar.

Surya yang mengetahui kalau dirinya sedang dikejar sipenjual mi, dia langsung menyuruh Martin untuk mengatasinya. Martin pun berhenti menunggu sipenjual mi.

“Kenapa pak?’tanya mertin basa-basi.

“Malah nanya, mie kalian belum dibayar!”tegas penjual mi sambil mengatungkan tongkat base ball.

“Ni saya bayar, berapa sih harganya?”tanya mertin sambil merogoh-rogoh sakunya.

“Sepuluh ribu rupiah.”

Martin yang dari tadi merogoh kantongan tidak menemukan uang sepeser pun. Lalu dia berpikir, mungkin dengan lencana Agen 0007 dapat menyelesaikan masalah kecil tersebut, seperti yang dilakukan Pak Bandrio dan Surya.

“Agen Rahasia 0007.”kata Martin sambil menunjukan lencana yang ada di saku taxidonya,”Saya memerlukan mie ayam bapak untuk kepentingan tugas.”

“Terserah,…”teriak sipenjual mie,”Mau agen rahasia atau agen minyak tanah yang penting mie-nya dibayar.”kata sipenjual sambil memukul lencana Martin dengan tongkat base ballnya, sehingga lencananya terlempar.

“Waduuh…”Martin panic sambil mengambil lencananya..

Dengan sangat terpaksa Martin mengeluarkan STNK motor scorpio.

“Begini saja ya pak, saya gadaikan dulu STNK ini, nanti saya ambil kembali.”kata Martin memelas.

“Awas jangan sampai bo’ong, bajunya saja mewah tapi gak ada uang…”

~~

Orang yang membawa Matuka terus dikejar sama Pak Bandrio, Surya, Persi dan warga sukitar. Mereka mengejar sampai jalan raya dekat pelabuhan, tapi saat sampai dijalan tersebut ternyata ada teman dari tersangka tersebut yang membawa mobil ambulans. Kemudian si-tersangka langsung lompat masuk ambulans, lalu langsung pergi dengan sirine ambulans yang berbunyi kencang.

Pak Bandrio, Surya dan Persi menghentikan larinya dengan napas yang masih engos-engosan.

“Sial,,hoh..hooh… mereka berhasil lolos….ho..”kata Pak Bandrio dengan napas yang engos-engosan sambil menendang kaleng yang ada didepannya.

Tiba-tiba terdengar suara selipan ban mobil.

Ciiittttt…

Mobil Jaguar S type warna merah berheti didepan mereka bertiga.

“Ayo cepat naik….!”teriak Martin yang ada didalam mobil tersebut sambil membika kaca jendela..

“Dapat dari mana mobil ini?”tanya Persi heran, sedangkan Pak Bandrio sama Surya melongo.

“Ayo pokoknya naik saja, keburu jauh ambulan tersebut…”kata Martin.

mereka bertika langsung naik dan mobil langsung digeber abis sama Martin. Pak Bandrio duduk didepan sedangkan Surya dan Persi dibelakang. Mobil ambulan yang mereka kejar langsung bisa didekati. Kejar-kejaran terjadi lagi, lampu-lampu merah mereka terobos.

Para Polisi yang melihat kejadian tersebut tidak menggubrisnya, karena mereka mengira ada pasien kritis didalam ambulan.

Kejar-kejaran masih berlangsung seru, Pak Bandrio mengeluarkan pistolnya lagi. Mobil ambulans yang ada didepannya ditembak-tembaki, lima peluru duluncurkan, hebatnya hanya bisa memecahkan lampu stoped belakang kiri ambulan. Kemudian mobil jaguar disenggol-senggolkan ke mobil ambulan tersebut, dan berhasil memecahkan lampu stoped belakang kanan, padahal lampu dan body depan mobil jaguar sudah penyok.

Tak lama setelah itu tapi tiba-tiba mobil jaguar yang ditunggangi berhenti.

Clinggg… mobil mewah yang mereka tunggangi berubah menjadi sapu. Mereka berempat terjengkang di tengah jalan.

“Tolong nak, bapak tak kuat berdiri.”teriak Pak Bandrio yang terlentang di tengah jalan raya,”Cepat soalnya ada container yang melaju kencang menuju bapak.”

Surya dan Martin yang masih kuat berdiri langsung mendekati dan membopong Pak Bandrio, tapi saat membopong Pak Bandrio terdengar Persi merintih kesakitan dipinggirjalan.

“Aduh kakiku terkilir….”teriak Persi.

Surya dan Martin langsung melepaskan Pak Bandrio, sehingga Pak Bandrio jatuh terlentang kembali. Surya dan Martin mendekati Persi tanpa merasa bersalah dengan Pak Bandrio. Surya langsung mengurut kaki Persi yang terkilir, sedangkan Martin mengambil sapulalu ikut mengurut kaki Persi yang satunya.

Pak Bandrio teriak-teriak karena containernya tadi semakin dekat.

“Toooolooong……”teriak Pak Bandrio sambil berusaha untuk bangum, tapi tetep tidak bisa, karena punggungnya serasa patah.

“Anaaak….anaaak sialaann..toooolllooong,…”teriaknya sekali lagi tetapi Surya dan Martin tidak menggubrisnya.

“Tu paling cuma acting…”kata Martin,”Malu-maluin saja..”

Container pun semakin dekat.

BUUUMMMM….. suara keras dari klakson container.

Container tersebut melintasi Pak Bandrio.

“Kok teriakan Pak Bandrio sudah tidak ada?”kata Surya lalu menoleh ke jalan raya tempat Pak Bandrio terjatuh.

“Mungkin capek acting.”kata Martin.

Kemudian Surya dan Martin berjalan menuju Pak Bandrio, sedangkan Persi tetap duduk dipinggir jalan sambil mengurut kakinya sendiri.

“Kok tak bergerak.”kata Surya setelah melihat Pak Bandrio.

“Melotot dan mangap lagi, malu-maluin..”tambah Martin.

Kemudian mereka berdua membopong Pak Bandrio kepinggir jalan dan didudukkan dekat Persi. Pak Bandrio syok berat.

~~

Kejar-kejaran tadi tidak membuahkan hasil karena tersangka berhasil lolos. Tapi satu hal yang terpenting, mereka berempat yakin kalau Matuka masih ada di Jakarta. Sekarang mereka duduk-duduk di trotoar jalan sambil melepas lelah, sedangkan Pak Bandrio masih melotot dan mulut yang terbuka.

“Kamu bawa sapu ini dari asrama ya?”tanya Persi yang heran.

“Iya, Saya membawanya sekedar untuk jaga-jaga.”jawab Martin.

”Kamu taruh dimana kan besar?”tanya Persi sekali lagi.

Kan sapunya bisa dilipat-lipat.”kata Martin sambil menunjukan cara melipat sapu tersebut,”Bisa kan.”

Kemudian Surya mendekati Martin.

“Kapan kamu belajar nyetir mobil?”tanya Surya yang penasaran dari tadi.

“Dulu saya pernah nyetir mobil saat mau pergi ke musolla.”kata Martin.

Mendengar perkataan Martin, Surya dan Persi terdiam.

kembali ke daftar isi